Kalau bukan karena kehendakmu
Sudah kumaki perpisahan
Kalau bukan karena kemauanmu
Sudah kulaknat perpisahan
Kalau bukan pilihanmu
Sudah kuhapus perpisahan
Andai perpisahan bukan rencanamu
Yang telah kau atur dengan teratur
Yang telah kau tatu dengan sempurna
Yang kau berikan dengan senyuman
Andai ia datang sendiri
Bertemu denganku
Bertamu kepadaku
Dengan segala kesendirian
Sudah kuminumkan kepadanya minuman perpisahan
Agar ia tak lagi bertamu setelah menjumpaiku
Karena ia telah merasakan
Betapa pahitnya perpisahan
-fafa-
Puisi Dua
Kutulis rasa ini karena tak sanggup lagi menahan diri
Mungkin kau yang disana tak sempat membacanya
Namun bukankah perasaan tak terkekang ruang dan zaman?
Baiklah jika kau telah: mati rasa!
Tak merasa apa yang kurasa …
Tak peduli apa yang terjadi …
Bagaimana dengan sang pencipta rasa
Yang menghembusan cinta, gundah, bahagia, segalanya …
Mungkinkah dia membiarkan sia-sia…?
Kutulis rasa ini karena tak sanggup lagi menahan diri
Mungkin kau yang disana tak sempat membacanya
Namun bukankah perasaan tak terkekang ruang dan zaman?
Baiklah jika kau telah: mati rasa!
Tak merasa apa yang kurasa …
Tak peduli apa yang terjadi …
Bagaimana dengan sang pencipta rasa
Yang menghembusan cinta, gundah, bahagia, segalanya …
Mungkinkah dia membiarkan sia-sia…?
-fafa-
Puisi Tiga
Ilmu adalah huruf
Yang tak terbaca
Tanpa perbuatan
Perbuatan adalah huruf
Yang tak berarti
Tanpa ketulusan
Ketulusan adalah huruf
Yang tak berguna
Tanpa penyerahan
-fafa-
Ilmu adalah huruf
Yang tak terbaca
Tanpa perbuatan
Perbuatan adalah huruf
Yang tak berarti
Tanpa ketulusan
Ketulusan adalah huruf
Yang tak berguna
Tanpa penyerahan
-fafa-
Puisi Empat
Rindu tak ubahnya api
Hanya api membakar nyata
Tapi rindu membakar maya
Mayaku sedang membara
Namun air yang kau damba
Tak kunjung tiba
Bahkan cenderung tak bersedia
Benarkah …?
Rindu tak ubahnya api
Hanya api membakar nyata
Tapi rindu membakar maya
Mayaku sedang membara
Namun air yang kau damba
Tak kunjung tiba
Bahkan cenderung tak bersedia
Benarkah …?
-fafa-
Fafa: adalah nama pena seorang kang santri asal Jawa Timur yang sekarang sedang bergelut dengan risalah MDNU-nya demi meraih gelar sarjana NU bersama teman-teman seangkatannya. Kebiasaannya menyendiri dan tafakkur (bahasa gaule nglamun) ternyata memberikan dampak yang cukup bagus. Yaitu munculnya puisi-puisi ini. Walaupun puisinya baru kali ini dipublikasikan, namun sangat waaaau! Sarat dengan makna hidup dan cinta serta ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar