HUMOR SANTRI 1
SHALAT DENGAN EMPAT TASYAHUD
Suatu hari terjadi percakapan antara tiga orang santri. Mereka adalah Karjo, Paimen dan Marjono. Dengan ditemani segelas kopi untuk joinan dan djarum super sebungkus, mereka terlihat asyik ngobrol ngalor ngidul. Saking asyiknya, pembicaraan mereka sampai menyinggung masalah hukum.
Karjo: “ eh ternyata sholat itu ada yang tasyahudnya empat kali loh…”
Marjono: “wah jangan ngawur kamu jo..!masa sholat tasyahud sampe 4 kali, yang ada tu maksimal 2 kali, jangan main-main sama hukum loh”
Si Paimen yang dikenal ahli dalam pelajaran fiqh yang juga tersohor dengan keberaniannya dalam memunculkan ide-ide liberal, mencoba menimpali.
Paimen: Gini loh jo…, kamu itu jangan sembrono membuat hukum baru, masa sholat tasyahud ditambah sampe 4 kali. Itu bid’ah namanya”
Karjo: “Bid’ah piye to? Ni bukan bid’ah, tapi ketentuan fiqh memang seperti itu!”
Marjono: (Dengan agak kesal) “kowe ki jan…dah dikasih tau ma orang yang ngerti fiqh kok ngeyel to”
Karjo: “jo ngeceh aq dab…! Gini-gini aku juga pernah ngaji fathul wahab..!”
Paimen: (berusaha menengahi), “wes-wes…ngene loh, yang dikatakan jono kuwi memang benar, sejauh pemahaman dan pengamatanku terhadab kitab-kitab fiqh dan pendapat para pemikir kontemporer seperti Nashr hamid, M. Syahrur, Hasan Hanafi dll, belum ditemukan sholat yang tasyahudnya empat kali, mereka belum berani ijtihad seliberal itu”
Karjo: “ Kalau begitu pemahaman dan pengamatanmu kurang teliti men…”
Paimen: (tidak terima) “ kok isoh? Jal jelaske, sholat apa yang kamu maksud?”
Karjo: (Dengan logat khas jawa timur, ia menjelaskan), “ ngene loh rek...., jawabannya ya sholatnya makmum masbuq yang ketinggalan satu rokaat dalam sholat Maghrib, sementara imam masih dalam keadaan duduk takhiyat awal”
Marjono: (Bingung) “maksute piye?”
Karjo: “Gini, sekarang aku Tanya kalian, sholat maghrib ada berapa rokaat dan berapa kali tasyahud ?”
Paimen: “ yo cetho 3 rokaat dan 2 kali tasyahud now..”
Karjo: “trus, kalo makmum masbuq yang ketinggalan satu rokaat di saat imam tasyahud awal, dia boleh langsung duduk mengikuti imam nggak?”
Marjono: “boleh donk”
Karjo: “ya sudah jelas to, sekarang hitung sendiri jumlah tasyahud yang dilakukan makmum tadi?”
Paimen: “iya yah.., betul juga, kadang-kadang kamu juga cerdas, tapi itu kadang-kadang. Lebih sering kamu itu plongah plongoh…he he he!”(El_ch)
HUMOR SANTRI 2
MAKAN TANPA SENDOK
Malam itu suasana di kantin pondok terlihat ramai. Banyak santri yang kelaparan dan ingin megobati rasa laparnya itu dengan njajan di kantin. Di antara mereka ada yang Cuma makan gorengan tempe atau bakwan, tapi ada juga yang makan nasi plus tempe berjaket seperti biasa. Kartolo, Salah seorang santri yang terkenal sebagai seorang ahli ilmu alat(Nahwu), ingin mengisi perutnya, dengan cekatan ia mengambil piring yang telah disediakan dan mengisinya dengan nasi beserta kuahnya. Sejurus kemudian ia duduk lesehan menikmati makanannya disamping temannya, Togog. Tiba-tiba ia bertanya pada Kartolo.
Togog: “kenapa sih kalau makan kamu tidak pernah pakai sendok?”
Kartolo: “ Aku makan tanpa sendok itu berdasarkan ilmu nahwu yang aku pelajari gog”
Togog: “Emang hubungannya apa sama ilmu nahwu?, kayaknya nggak nyambung deh.”
Kartolo: “eit..jangan salah gog..!, masalah ini sangat berkaitan dengan ilmu nahwu”
Togog: “Ya sudah biar aku paham, buruan jelasin, apa dasarnya!”
Kartolo: “ Sekarang coba kamu sebutin Nadhom Al fiyah yang ke 63 , ya itu dasarnya!”
Togog: “ Dikon nyebutin piye? , Lah kamu sendiri kan tau kalau aku nggak hafal nadhomya, wes kamu aja yang nyebutin!”
Kartolo “ ini loh baitnya, Wa fikhtiyarin la yaji’ul munfashil # Idza ta’atta an yaji’al muttashil.”
Togog: “ Itu kan bait yang menjelaskan tentang dhomir, trus kaitannya apa dengan makan tanpa sendok?
Kartolo: “Makanya didengarkan dulu, jangan asal motong pembicaraan, gini loh kamsute eh maksute…Dalam tingkah Ikhtiyar, artinya tidak dalam kondisi kepepet, tidak diperbolehkan mendatangkan dhomir munfashil (antara tangan dan nasi terpisah dengan bantuan sendok), selama masih memungkinkan untuk mendatangkan dhomir muttashil (antara tangan dan nasi bertemu secara langsung tanpa sendok). Lah pada saat ini kan aku masih dalam tingkah ikhtiyar, jadi ya pake sendok dech….! Dong Ra???”
Togog: “ koe ki iso-iso wae, wes sak karepmu lah…………!” (El_ch)
PERINGATAN
Cerita humor ini sebagian adalah fakta dan sebagian yang lain adalah fiktif belaka(no 1 dan 2, lainnya bener-bener fakta), jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian, itu semua hanyalah kebetulan Dan kami mohon kepada para pembaca As-Sibaq untuk sedikit menghargai tulisan di atas dengan sedikit tersenyum walaupun nggak lucu. TERIMA KASIH
HUMOR SANTRI 3
Tumbal Lupa
Lagi-lagi masjid al-Faruq kembali menelurkan guyonan-guyonan yang benar-benar guyon. Sholat yang berdasarkan ijma’ sudah masuk dalam koridor ibadah mahdoh masih saja bisa menimbulkan ngakak.
Kawan, kejadiannya begini kawan :
Hari itu hari saya lupa harinya, yang jelas sholatnya sholat subuh. Sholat yang sering dikerjakan santri dengan mata masih merem melek. Aku kebetulan dan memang biasanya sholat masbuq, buru-buru takbir ihram untuk mendapatkan rokaat terakhir yang diimami oleh Pak Sofwandi. Ternyata aku tak sendirian karena banyak yang lainnya, termasuk kang Adri yang persis berada di sebelah kanan saya. Dia juga tertinggal satu rokaat, sama seperti saya.
Maka setelah imam salam terakhir saya dan kru masbuk (tentunya kang adri juga) menyelesaikan satu rokaat lagi. Walaupun saya ataupun kang Adri nggak janjian(imam-makmum), tapi gerakan kami hampir bersamaan, beriringan dab! Wah koyo manten wae yo… maklum saja kami memang sudah bisa sholat sendirian.
Sholat kami pada awalnya berjalan lancar-lancar saja, namun pada waktu sujud saya baru ingat bahwa ada sesuatu yang tertinggal. Bukan HP juga bukan catatan hutang. Ternyata yang tertinggal adalah doa qunut. Maka otomatis pikiran saya adalah sujud sahwi sebagai tumbalnya.
Kang Adri yang posisinya sangat bisa terpantau oleh mata saya, walaupun saya lupa doa qunut, tapi kok gerakannya tak jauh beda dengan saya(maksudnya kecepatannya)? Ah … mungkin dia lebih cepat. Pikirku. Karena dia kan lebih lama mondoknya …
Namun aneh, setelah saya rampung tahiyat akhir tapi belum salam, dan beranjak sujud sahwi, ternyata kang Adri juga melakukan sujud sahwi juga. Oalahhh lupa kok ya bareng-bareng. Hampir saja saya nyengir ketika melihat raut wajahnya ketika salam yang mungkin juga merasakan hal yang serupa dengan saya. _Fu_
HUMOR SANTRI 4
Santri Ngesot Hi ..hi ..
Ada suster ngesot, ada setan ngesot, ada juga santri ngesot!
Ngaji Soheh Bukhori sudah dimulai sejak tadi, mataku sudah mulai memberat. Syetannya sudah bergelantungan dipelupuk mata. Ngaaaannnntuk sekali. Tapi tetep aku tahan, maksudnya aku tahan untuk tetap merem he he. Ya, kadang melek kadang merem, begitulah posisi mataku saat itu.
Dudukku yang waktu itu di pintu tengah dimana biasanya Pak Yai Ahmad lewat memaksaku untuk tidak keterlaluan meremnya seperti santri yang ada di belakang-belakang (pokoknya serambi paling timur), apalagi yang nylempet-nylempet. Pasti kantuknya lebih ganas.
Ada yang masuk, tapi banyak juga yang enggak masuk ngendikanya Pak Yai. Tapi nggak papa, yang penting ngaji dulu, urusan materi malah-malah pelaksanaan ilmu biar Allah saja saya meminta untuk memberi kemudahan.
Waktu berjalan, malam merambat lambat sekali (perasaanku sih), akhirnya Pak Yai ngunjuk wedang jahe dan itu pertanda ngaji telah usai. Pak Yai salam lalu berdiri dan seperti biasa santri berebut paling awal untuk salaman dengan beliau. Disamping berharap berkah salaman, juga berharap wedang jahe anget yang masih cukup banyak. Siapa cepat dia dapat. Gratisss! Dapat berkah lagi.
Yang tadinya tidur liyar-liyer pun nggak ketinggalan berebut salaman, yang dibelakang-belakang juga. Akhirnya masjidpun terlihat ramai. Ku coba menggerakkan kakiku untuk mengikuti langkah mereka, tapi yang terjadi apaaa? kakiku kaku. Seperti tak mau bergerak. Ku coba, ku coba lagi, tapi tetap saja masih tak bisa.
Santri yang bersalaman sudah mulai menyepi karena memang sudah agak lama. Tapi kakiku masih kaku, sehingga tubuhku masih saja di jalan yang akan dilalui oleh Pak Yai. Akhirnya dengan pupus harapan dari bersalaman (apalagi wedang jahe yang biasa dibuat oleh salah satu kang kantin), untuk menghindar dari tempat itupun terpaksa aku ngesot kearah samping. Inilah keputusan terakhirku
Sot … kesot … sot … kesot …
Sot … kesot … sot … kesot …
Sot … kesot … sot … kesot …
Alhamdulillah setelah berjuang mati-matian akupun sudah tidak menghalangi langkah Pak Ahmad walaupun setelah itu beberapa kali aku mencoba menormalkan kakiku yang kesemutan tapi hasilnya lamban sekali. _Fu_
HUMOR SANTRI 5
KEMBALIKAN SETENGAH KEPERJAKAANKU!
Sebenarnya saya agak tidak enak menceritakan kisah ini kepada sidang pembaca, selain karena sangat privasi dan juga bisa mengakibatkan pelaku yaitu saya bisa masuk pengadilan karena apa yang saya alami.
Pada suatu malam yang senyap di lantai II masjid al-Faruq, saya sedang santai-santai mendengarkan radio Panasonik keluaran jaman ra enak. Meskipun sudah tidak modis, tapi saya sangat bangga, karena se komplek mahasiswa, hanya saya yang memiliki radio seperti ini. Udara pada malam itu gerah, karena mau hujan. Tidak tahan dengan hawa yang menyiksa itu, saya membuka kaos, hanya pakai celana saja. Dalam bahasa bodonya telanjang dadalah.
Setelah begitu, keadaan terasa membaik, saya bisa mendengar radio dengan fly sambil membaca, sesekali terdengar suara dari balik tabir, pasti suara santri putri yang sedang diskusi kurang ilmiah (bahasa alusnya ngerumpi).
Saya kadang-kadang kenal dengan suara itu, mungkin karena mereka pernah dulu satu kelas dengan saya ketika di SMANU (Sekolah Madrasah Aliyah Nurul Ummah) atau suara adik kelas saya.
Karena mungkin saking terlenanya mendengarkan dangdut dari radio butut itu, saya tidak menyadari bahwa di pojok sebelah selatan dekat pintu telah berdiri dua makhluk asing. Hampir saja saya menjerit histeris, tapi tak kuasa mulut ini berucap. Mereka adalah santri putri. Saya yang telanjang dada tentu saja kaget luar biasa dengan kehadiran mereka. Dengan gerakan secepat kilat, kaos yang masih dalam jangkauan tangan saya saya raih. Setelah berpakaian layaknya manusia normal, saya mencoba menguasai keadaan.
Ternyata si mbak tadi cuma mau nyuruh ngunci pintu yang ada di dekat tangga, saya ya tidak tahu, masak yang bawa kunci putra, wong yang biasa masuk ke wilayah kekuasaan putra di lantai dua ini santri putri.
Dengan kejadian ini, sebenarnya saya masih trauma untuk bertelanjang dada di lantai II masjid al-Faruq, takut kehilangan setengah keperjakaan saya yang kedua kali. Ketahuan tidak pakai baju oleh santri putri. Pesan kepada santri putra yang biasa mangkal di lantai II masjid al-Faruq, jangan sekali buka baju di sana, apa lagi sampai ngga’ pakai celana sama sekali, karena bisa saja Anda adalah korban selanjutnya. (mar_co)
Labels
- Artis Lokal (2)
- Cerpen (4)
- GEGURITAN (1)
- Humor Santri (2)
- KILAS BERITA (2)
- Komplek A (2)
- Komplek B (2)
- Komplek C (2)
- Lain-lain (2)
- Lapsus (2)
- Laput (2)
- NGETEL (2)
- Nguyahi Segoro (2)
- Opini (2)
- Puisi (2)
- Request (3)
- Resensi (2)
- Salam Redaksi (2)
- Suara Sumbang Santri (1)
- Ulama Harismatik (1)
- Ultah (2)
link yang lain... .
Pengikut
Arsip Blog
-
▼
2009
(42)
-
▼
Februari
(20)
- Resensi Kitab “al kitab wa as sunnah, intabih!, di...
- KONSEP RIYADLOH dan STATUS GIZI SANTRI
- Renungan untuk saudaraku Muslim Palestine: Tak pat...
- Sejarah Berdirinya Negara Yahudi Israel*)
- Salam redaksi Feb...
- “HAPPY BIRTH DAY TO YOU”
- Pelangi Soda
- Sholat, Risalah, Bahtsul, POS, 982
- Karpet-Pemilsus
- Lelaki di Balik Pintu
- H. Mahmud Yunus
- Masukan.. .Feb..
- Request Lagu Feb..
- Puisi FAFA
- TIDURNYA PARA PENJAGA MALAM
- Baliho-Wastafel
- PAPAN INFO
- Humor Feb..
- Senyum Itu …
- KUKUH
-
▼
Februari
(20)
Team Kreator As-Sibaq
Team Kreator As-Sibaq edisi Februari 2009 kali ini :
M. Alim Khoiri, Irawan Fuadi, Ahsin Dinal Mustafa, Feri Al-Farisi, Anam A8
Alamat Redaksi :
Jl. Wetan Kantin No 1, Lawang Ijo
Komplek B, Asrama Mahasiswa dan Tahassus
e-mail : as_sibaq@yahoo.co.id
blog : sibaqjogja.blogspot.com
Pondok Pesantren Nurul Ummah
Kotagede Yogyakarta 55172
Telp. (0274) 374 469
M. Alim Khoiri, Irawan Fuadi, Ahsin Dinal Mustafa, Feri Al-Farisi, Anam A8
Alamat Redaksi :
Jl. Wetan Kantin No 1, Lawang Ijo
Komplek B, Asrama Mahasiswa dan Tahassus
e-mail : as_sibaq@yahoo.co.id
blog : sibaqjogja.blogspot.com
Pondok Pesantren Nurul Ummah
Kotagede Yogyakarta 55172
Telp. (0274) 374 469
Mengenai Saya
- AS-SIBAQ
- Majalah dinding Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta yang terbit BERKALA (Kadang kala terbit, kadang kala tidak :)) setiap satu bulan sekali. Majalah dinding ini di proses oleh santri putra. Untuk Majalah dinding putri bernama As-Sabiq.
Pengumuman
Bagi yang ingin ikut mengisi mading as-sibaq, silahkan kirim karya anda di as_sibaq@yahoo.co.id atau dapat langsung dikirimkan kepada pengurus as-sibaq. tulisan dapat kami edit tanpa menghilangkan esensi dalam tulisan anda. Terimakasih.
komentar yuk.. .
Blog Archive
-
▼
2009
(42)
-
▼
Februari
(20)
- Resensi Kitab “al kitab wa as sunnah, intabih!, di...
- KONSEP RIYADLOH dan STATUS GIZI SANTRI
- Renungan untuk saudaraku Muslim Palestine: Tak pat...
- Sejarah Berdirinya Negara Yahudi Israel*)
- Salam redaksi Feb...
- “HAPPY BIRTH DAY TO YOU”
- Pelangi Soda
- Sholat, Risalah, Bahtsul, POS, 982
- Karpet-Pemilsus
- Lelaki di Balik Pintu
- H. Mahmud Yunus
- Masukan.. .Feb..
- Request Lagu Feb..
- Puisi FAFA
- TIDURNYA PARA PENJAGA MALAM
- Baliho-Wastafel
- PAPAN INFO
- Humor Feb..
- Senyum Itu …
- KUKUH
-
▼
Februari
(20)
Twitter Updates
Selasa, 03 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar