Assalamu alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah kami haturkan kepada sang pencipta Alam yang menciptakan siang dan malam yang menjadikan laki-laki dan perempuan, yang menciptakan segala yang ada dilangit dan dibumi, yang maha segala-galanya dialah Alloh Sbhanahu wa Taala tuhan sekalian alam.
Solawat serta salam biqouli “allohumma Sholli ala sayyidina wa Nabiyyina wa Syafi’ina Wa qurroti A’yunina Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam” sang revolusioner sang pengubah Zaman dari zaman jahiliyyah menuju Zaman yang penuh berkah ini, serta nabi yang dapat memberi Syafaat besok pada yaumul qiyamat, semoga kita termasuk umatnya yang mendapat syafaat dari beliau besok di Yaumul Qiyamat Amin ya robbal alamin.
Yang saya hormati dan insya Alloh akan kami ikuti fatwa-fatwanya yang terhormat Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede, Dewan Pengurus dan Dewan Syuro yang slalu kami nanti-nantikan ilmu, manfaat serta berkahnya, begitu pula dengan pengurus Asrama pelajar, Mahasiswa dan Takhassush Pondok Pesantren Nurul Ummah, kemudian tak akan kulupa teman-teman senasib, seperjuangan, sepenanggungan yang berada di Pondok Pesantren Nurul Ummah ini, tidak pandang kecil atau besar, putra maupun putri yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu namanya, yang semoga selalu dirahmati oleh allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Waktu berbulan-bulan kami yakin bukanlah waktu yang sedikit untuk penggemar As-Sibaq yang imut-imut, ya kan? Dan tak perlu kiranya kami mengemukakan argumentasi-argumentasi yang justru terkesan sekedar ber-apologi(boso opo iki?). Banyak hal yang menyebabkan kami tak hadir beberapa bulan lamanya.
Pak Tope-x si dukun ramalan bintang yang asal-asalan yang sekarang menjadi salah satu keamanan ponpes (selamat kami ucapkan, ternyata mungkin berkahe As-Sibaq anda bisa …) yang otomatis lulus dari tim creator As-Sibaq menjadi salah satu kendala yang cukup berat. Karena dialah yang suka nglembur sampe subuh, ngetik berhari-hari sampe pegel-pegel, omben-ombene yo tuku dewe, ngoprak-oprak kami supaya cepet kelar, dan pokoknya nggak cukup mengenangnya bila dituliskan disini. Belum lagi sebagian awak as-Sibaq yang sudah di kelas pucuk yaitu 2 ulya juga berkendala. Yah… hidup memang harus dicoba! Maksudnya dikasih cobaan …
Pada edisi kali ini, entah yang ke berapa tepatnya kami lupa, kami menyuguhkan berita-berita yang actual. Laput kali ini tentang idul adha fil ma’had. Laporan itu kami kira sangat penting untuk diekspos sebab di sana terdapat hal-hal yang cukup unik dan menarik. Sementara untuk lapsus kami mengekspos tentang rekonstruksi gedung asrama karena Kita semua tahu bahwa saat ini pihak pengelola pesantren sedang melakukan proyek tersebut dan sampai saat ini belum selesai seratus persen. Pada edisi kali ini juga terdapat beberapa perubahan rubric, entah itu berupa penambahan ataupun penghilangan rubric tertentu seperti penghilangan rubric ramalan bintang ngawur yang nggak usah dipercaya, hal ini dikarenakan beberapa pertimbangan. Di samping itu, sang dukun (kang Top-X) gadungan yang biasa mengampu rubric tersebut sudah pensiun dan kini telah beralih ke profesi yang lebih mulya. Walaupun demikian, itu semua tak mengurangi sisi menarikAs-sibaq sebagai media informasi santri.
Yang perlu pembaca ketahui bahwa As-Sibaq edisi kali ini adalah hasil buah ketik ngelembur para santri walaupun terkesan asal, rada kocak, dan kadang juga njelehi, namun ini bukanlah pekerjaan asal-asalan. Asal tau saja, ini dikerjakan berlembur-lembur, berkopi-kopi, berpiring-piring dan ber-ber-ber …. Baik atau buruk itu adalah upaya kami yang serius. Tapi kalau baik dari Allah, kalau buruk dari diri kami sendiri.
Setidaknya saat As-Sibaq terbit, sebentar kami merasa lega dan anda juga seneng bisa melepas kangen. Meskipun kami yakin masih banyak problem dan kekurangan yang masih sulit disiasati.
Selamat membaca!
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Labels
- Artis Lokal (2)
- Cerpen (4)
- GEGURITAN (1)
- Humor Santri (2)
- KILAS BERITA (2)
- Komplek A (2)
- Komplek B (2)
- Komplek C (2)
- Lain-lain (2)
- Lapsus (2)
- Laput (2)
- NGETEL (2)
- Nguyahi Segoro (2)
- Opini (2)
- Puisi (2)
- Request (3)
- Resensi (2)
- Salam Redaksi (2)
- Suara Sumbang Santri (1)
- Ulama Harismatik (1)
- Ultah (2)
link yang lain... .
Pengikut
Arsip Blog
-
▼
2009
(42)
-
▼
Januari
(22)
- Salam Redaksi Des.. 08'
- The Legend of Petai
- الكفاءة
- Sebuah Renungan
- MENBUMIKAN AL FATIHAH
- REKONSTRUKSI GEDUNG ASRAMA
- NOTEBAR n BAU
- ... .Humor Des 08'
- Geguritan Des..08'
- Cinta Sekejap, Penambah Semangat
- OSAMA bukan bin LADEN
- UltahDes.. 08'
- Request Des.. 08' II
- Request Des.. 08' I
- Bajigur
- IDUL ADHA FIL MA’HAD
- Popok Basah, Menjadi Sampah?
- PROGRAM BARU PSDM
- Genk Kopi Setan
- Raci
- Personality Picu Kesuksesan
- Renungan
-
▼
Januari
(22)
Team Kreator As-Sibaq
Team Kreator As-Sibaq edisi Februari 2009 kali ini :
M. Alim Khoiri, Irawan Fuadi, Ahsin Dinal Mustafa, Feri Al-Farisi, Anam A8
Alamat Redaksi :
Jl. Wetan Kantin No 1, Lawang Ijo
Komplek B, Asrama Mahasiswa dan Tahassus
e-mail : as_sibaq@yahoo.co.id
blog : sibaqjogja.blogspot.com
Pondok Pesantren Nurul Ummah
Kotagede Yogyakarta 55172
Telp. (0274) 374 469
M. Alim Khoiri, Irawan Fuadi, Ahsin Dinal Mustafa, Feri Al-Farisi, Anam A8
Alamat Redaksi :
Jl. Wetan Kantin No 1, Lawang Ijo
Komplek B, Asrama Mahasiswa dan Tahassus
e-mail : as_sibaq@yahoo.co.id
blog : sibaqjogja.blogspot.com
Pondok Pesantren Nurul Ummah
Kotagede Yogyakarta 55172
Telp. (0274) 374 469
Mengenai Saya
- AS-SIBAQ
- Majalah dinding Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta yang terbit BERKALA (Kadang kala terbit, kadang kala tidak :)) setiap satu bulan sekali. Majalah dinding ini di proses oleh santri putra. Untuk Majalah dinding putri bernama As-Sabiq.
Pengumuman
Bagi yang ingin ikut mengisi mading as-sibaq, silahkan kirim karya anda di as_sibaq@yahoo.co.id atau dapat langsung dikirimkan kepada pengurus as-sibaq. tulisan dapat kami edit tanpa menghilangkan esensi dalam tulisan anda. Terimakasih.
komentar yuk.. .
Blog Archive
-
▼
2009
(42)
-
▼
Januari
(22)
- Salam Redaksi Des.. 08'
- The Legend of Petai
- الكفاءة
- Sebuah Renungan
- MENBUMIKAN AL FATIHAH
- REKONSTRUKSI GEDUNG ASRAMA
- NOTEBAR n BAU
- ... .Humor Des 08'
- Geguritan Des..08'
- Cinta Sekejap, Penambah Semangat
- OSAMA bukan bin LADEN
- UltahDes.. 08'
- Request Des.. 08' II
- Request Des.. 08' I
- Bajigur
- IDUL ADHA FIL MA’HAD
- Popok Basah, Menjadi Sampah?
- PROGRAM BARU PSDM
- Genk Kopi Setan
- Raci
- Personality Picu Kesuksesan
- Renungan
-
▼
Januari
(22)
Twitter Updates
Selasa, 27 Januari 2009
The Legend of Petai
Fatchul Anam N(06/TP/196913/08743)
Petai merupakan salah satu makanan legendaris. Bagaimana tidak. Sejak dulu hingga sekarang petai masih menempati rating kedua setelah rokok sebagai makanan yang menyebabkan bau mulut. Makanan dengan bad odour ini(menurut kalangan umum dengan indera pencium yang normal) banyak kita temukan sebagai bahan tambahan pangan pada masakan berkuah. Tidak diketahui secara pasti,mengapa petai yang berpredikat bad odour ini diikut sertakan dalam masakan sebagai komponen yang berkontribusi dalam menciptakan flavour khas. Kelegendarisan petai telah dikenal dan digandrungi oleh konsumen dari berbagai macam lapisan masyarakat, status social, profesi, kasta, dan usia. Mulai dari pemulung, tukang becak, tukang kebun, buruh tani, tukang ojek, pak RT, pak kadus, pak lurah, pak camat, pak bupati, pak gubernur,pegawai bank, direktur, manager, pegawai BUMN, tentara, polisi, menteri, dan (mungkin ) presiden telah merasakan betapa sensasionalnya ketika sel-sel petai pecah dan mengeluarkan zat volatilnya di dalam mulut.
Menurut petaiholic(sapaan khas penggemar petai), kelegendarisan petai disebabkan karena beberapa hal. Pertama, ketika di dalam mulut, buah petai yang pecah oleh himpitan geraham mengeluarkan senyawa flavour yang mampu membius syaraf pusat. Orang yang mengonsumsinya akan kecanduan dan sulit untuk melepaskan diri dari jeratan petai. Kedua, petai mengandung zat antistres. Dengan nyeplus petai, konsumen akan segera melupakan segala beban hidupnya. Stress yang selama ini menjadi momok pun dapat teratasi. Ketiga, menambah nafsu makan. Bagi petaiholic, obat mujarab untuk menambah nafsu makan adalah petai. Lebih-lebih bila petai yang diceplus mengalami proses termal (dibakar) terlebih dahulu. Bisa-bisa nasi satu wakul raib dalam hitungan sekon. Keempat, (alasan yang konyol)beberapa petaiholic sengaja makan petai untuk mengacaukan alat indera pembau orang-orang di sekitarnya. Dengan nyeplus petai, bau mulut dan urine yang dikeluarkan sungguh merupakan polutan nomor wahid.
Dengan berbagai faktor-faktor di atas, buakn tidak mungkin bagi petaiholic untuk terinspirasi menyebarkan paham petaiisme mereka. Penyebaran paham ini, bisa dilakukan dengan melakukan diversifikasi pangan berbasis petai. Tidak perlu terkejut bila beberapa waktu lagi muncul produk baru berupa sirup petai, selai petai, sate petai, mie petai, dan permen petai.
Saat ini, memang anggota paham ini didominasi rakyat lapisan bawah. Namun, bukan tidak mungkin bila dominasi ini merangkak naik ke kalangan atas, kalangan borjuis, kalangan elit. Bila kalangan ini telah mendominasi maka bukan tidak mungkin bila dakwah cap petai semakin gencar dan berimbas pada polusi udara yang semakin kritis. Oleh karena itu, segala dampak yang mungkin muncul harus segera dapat dirumuskan dan dicarikan solusinya.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, pengkonsumsian petai hendaknya mendapat perhatian pemerintah. Tidak ada salahnya apabila pemerintah segera membentuk pansus(panitia khusus) untuk merumuskan peratutan pemerintah yang nantinya disahkan dan diberlkaukan di masyarakat. Langkah ini perlu dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan petai. Beberapa hal yang perlu dicantumkan dalam aturan itu, yang pertama adalah bahwa petaiholic harus membuat kamar mandi dan atau kamar kecil yang terisolasi dari keramaian umum. Tentunya tidak bisa dibayangkan, berapa galon Wipol yang diperlukan untuk menetralkan kamar mandi atau kamar kecil dari bau urine cap petai. Peraturan selanjutnya yang perlu dicantumkan, petaiholic harus memakai masker selama satu jam, terhitung mulai dari habisnya petai yang dikonsumsi .
Petai merupakan salah satu makanan legendaris. Bagaimana tidak. Sejak dulu hingga sekarang petai masih menempati rating kedua setelah rokok sebagai makanan yang menyebabkan bau mulut. Makanan dengan bad odour ini(menurut kalangan umum dengan indera pencium yang normal) banyak kita temukan sebagai bahan tambahan pangan pada masakan berkuah. Tidak diketahui secara pasti,mengapa petai yang berpredikat bad odour ini diikut sertakan dalam masakan sebagai komponen yang berkontribusi dalam menciptakan flavour khas. Kelegendarisan petai telah dikenal dan digandrungi oleh konsumen dari berbagai macam lapisan masyarakat, status social, profesi, kasta, dan usia. Mulai dari pemulung, tukang becak, tukang kebun, buruh tani, tukang ojek, pak RT, pak kadus, pak lurah, pak camat, pak bupati, pak gubernur,pegawai bank, direktur, manager, pegawai BUMN, tentara, polisi, menteri, dan (mungkin ) presiden telah merasakan betapa sensasionalnya ketika sel-sel petai pecah dan mengeluarkan zat volatilnya di dalam mulut.
Menurut petaiholic(sapaan khas penggemar petai), kelegendarisan petai disebabkan karena beberapa hal. Pertama, ketika di dalam mulut, buah petai yang pecah oleh himpitan geraham mengeluarkan senyawa flavour yang mampu membius syaraf pusat. Orang yang mengonsumsinya akan kecanduan dan sulit untuk melepaskan diri dari jeratan petai. Kedua, petai mengandung zat antistres. Dengan nyeplus petai, konsumen akan segera melupakan segala beban hidupnya. Stress yang selama ini menjadi momok pun dapat teratasi. Ketiga, menambah nafsu makan. Bagi petaiholic, obat mujarab untuk menambah nafsu makan adalah petai. Lebih-lebih bila petai yang diceplus mengalami proses termal (dibakar) terlebih dahulu. Bisa-bisa nasi satu wakul raib dalam hitungan sekon. Keempat, (alasan yang konyol)beberapa petaiholic sengaja makan petai untuk mengacaukan alat indera pembau orang-orang di sekitarnya. Dengan nyeplus petai, bau mulut dan urine yang dikeluarkan sungguh merupakan polutan nomor wahid.
Dengan berbagai faktor-faktor di atas, buakn tidak mungkin bagi petaiholic untuk terinspirasi menyebarkan paham petaiisme mereka. Penyebaran paham ini, bisa dilakukan dengan melakukan diversifikasi pangan berbasis petai. Tidak perlu terkejut bila beberapa waktu lagi muncul produk baru berupa sirup petai, selai petai, sate petai, mie petai, dan permen petai.
Saat ini, memang anggota paham ini didominasi rakyat lapisan bawah. Namun, bukan tidak mungkin bila dominasi ini merangkak naik ke kalangan atas, kalangan borjuis, kalangan elit. Bila kalangan ini telah mendominasi maka bukan tidak mungkin bila dakwah cap petai semakin gencar dan berimbas pada polusi udara yang semakin kritis. Oleh karena itu, segala dampak yang mungkin muncul harus segera dapat dirumuskan dan dicarikan solusinya.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, pengkonsumsian petai hendaknya mendapat perhatian pemerintah. Tidak ada salahnya apabila pemerintah segera membentuk pansus(panitia khusus) untuk merumuskan peratutan pemerintah yang nantinya disahkan dan diberlkaukan di masyarakat. Langkah ini perlu dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan petai. Beberapa hal yang perlu dicantumkan dalam aturan itu, yang pertama adalah bahwa petaiholic harus membuat kamar mandi dan atau kamar kecil yang terisolasi dari keramaian umum. Tentunya tidak bisa dibayangkan, berapa galon Wipol yang diperlukan untuk menetralkan kamar mandi atau kamar kecil dari bau urine cap petai. Peraturan selanjutnya yang perlu dicantumkan, petaiholic harus memakai masker selama satu jam, terhitung mulai dari habisnya petai yang dikonsumsi .
الكفاءة
Sekufu’ *
Aku ingin bercerita tapi jangan kau tertawakan.
Aku ingin bercerita tapi jangan kau tangisi.
Aku hanya ingin bercerita, dan jadilah pembaca yang baik.
Ku pikir semua akan mudah. Hidup itu tak perlu susah-susah. Wong hanya mampir ngombe saja kok. Tapi kenyataannya lain, sangat lain kawan. Entah aku yang salah atau memang aku yang salah. Keyakinan itu bagiku terkadang menimbulkan kesengsaraan. Bisa jadi karena aku berkeyakinan kepada sesuatu yang seharusnya tidak diyakini. Ah … bodoh amat.
***
Mula-mula memang hanya biasa dan itu tak akan menimbulkan sulit tidur, makan nggak enak, pikiran jadi nggak banyak terganggu, banyak melamun, dan banyak yang tak logis menjadi terjadi. Namun namanya ketemu terus menerus bisa menimbulkan itu … cinta. Dan itu wajar. Karena aku bisa melihat lebih jauh kelebihan dan kekurangan dia (yang ku rasa itu juga menjadi satu kelebihannya disamping kelebihan itu sendiri).
“Kita ini orang biasa le … mbok kamu cari istri yang sederajat saja.” Begitu pesan simbok mewanti-wanti ketika ku tawarkan dia, orang yang akan menyintai orang yang menikahinya. Siapapun dia, termasuk aku. Katanya.
Jika aku mendengar ‘sederajat’, atau dalam istilah fikihnya sekufu, aku sangat tidak suka. Tapi ku maklumi simbok, dia orang dulu dan aku orang sekarang, jelas beda kan? Bagiku yang dimaksud sekufu itu bukan dari segi putra kyai atau bukan. Tapi tingkat kecerdasanlah yang lebih ditonjolkan. Bukankah kamu juga berfikiran begitu? Kalau tidak, pasti kau tak akan pernah dapat ning yang cantiiik bangggets seperti aku. Kalau saja kamu bukan gus aseli ‘bikinan’ kyai.
“Kepandaian tak akan menjamin semuanya Le.” Bapak juga mendukung simbok.
Tapi aku tetap bersikukuh. Bukannya aku tidak patuh kepada bapak dan simbok, tapi ini urusannya lain. Dia mau menjadi istriku sepenuh hati. Dan alasan itu sudah cukup bagiku untuk ku pegangi kuat-kuat di depan kerentaan kedua orang tua. Alhamdulillah, akhirnya semuanya berhasil. Keduanya merestui (lebih tepatnya mengalah).
“Tapi ingat, kamu bukan siapa-siapa. Kamu adalah anak kami. Kamu bukan Gus, kamu hanyalah anak penyadap gula jawa. Dan kamu memang tak dilahirkan dari seorang Kyai karena bapak juga bukan anak Kyai. Pesan bapak, jagalah dirimu baik-baik diantara orang-orang bermartabat.”
Ku jawab ya dengan mantab.
Perkataan bapak benar. Aku memang bukan gus, tapi kalau unjuk kemampuan dengan gus aku tak akan kalah. Bukan sombong lho … nyatanya aku mampu meraih gelar magisterku dikota ini dengan hasil yang sangat memuaskan. Bukankah itu sebuah prestasi yang waaau! sungguh menggembirakan dari seorang putra penyadap gula jawa. Mungkin diriku bisa dikatakan dengan istilah ‘Setingkat Gus’.
“Jika njenengan rela dengan sesuatu hal, maka aku pun akan rela dengannya. Begitu pula sebaliknya. Bagiku hidup ini adalah sebuah pengabdian buat suamiku yang tercinta”.
Begitulah jawab istri cantikku yang sering ku panggil dengan Khumaira (itba’ Nabi) ketika selesai resepsi tadi siang di kamar pengantin kami yang penuh dengan bunga-bunga. Kalimat yang sangat sederhana, tapi cukup luas cakupannya. Dan dia memang seorang istri yang sangat ideal. Bukan dari nasab saja, tetapi ning yang sekarang menjadi istriku ini adalah sosok yang sangat patuh sekali dengan aku. Suaminya. Dia pasrah sepenuhnya atas dirinya kepadaku, dan akupun menghargai kepasrahannya. Ku pandang wajahnya yang aduhai … Lentik bulu matanya, merah muda pipinya, tipis dan merah bibirnya, dan aaah sempurna!
Dan akhirnya ku dapatkan ia diatas keindahan ini. Gadis ning yang dulu hanya bisa ku nikmati dari kaca ndalem sehabis sorogan Pak Kyai. Ku dapatkan puteri yang jika malam datang, seolah purnama malu dan berkata, “Gantikan aku wahai puteri cantik, sebagai hiasan malam.” Aku sungguh beruntung.
Soal keluarganya, mereka sangat menerimaku dengan tangan terbuka. Mereka tak membedakan menantu-menantunya yang dari keempat menantunya hanya aku yang bukan gus (semua puteranya bukan putera, tapi puteri). Mungkin karena pandangannya tentang sekufu sama denganku. Aku sangat beruntung mempunyai keluarga baru ini. Seolah surga ditumpahruahkan ke hadapanku.
Pak Yai (kalau sekarang sih bapak mertua) menawarkanku untuk menjadi penerus di pondok ini, maksudnya pengasuh selanjutnya. Namun aku merasa aku bukanlah orang yang layak, dan banyak yang lebih layak dari ketiga menantu yang memang punya darah ke kyai-an. Kyai memaklumi, dan akhirnya aku tinggal bersama beliau untuk membantu-bantu mengembangkan pondok.
Namun karena rasa ingin berbakti dengan orang tua dan kampung di rumah, aku tak begitu menikmati keadaan ini. Karena tempatku disitu namun hatiku di rumah bersama simbok dan bapak. Akhirnya aku pindah dengan restu mertua dan atas pertimbangan Khumairaku.
“Yang engkau inginkan, aku pun sangat menginginkannya.” Katanya tersenyum, lalu ku kecup keningnya.
Awalnya aku khawatir dia akan sangat sulit hidup di desa dengan fasilitas yang sangat minim. Namun ia tak seperti anggapanku. Ia cepat beradaptasi dan sangat tanggap (tidak manja). Dan walaupun ia tampak lelah dengan aktifitas gerak yang padat, namun ia sungguh tak pernah mengeluh. Bayangkan saja, ia mencuci baju sendiri, menimba air, memasak memakai kayu bakar, sampai harus mencari ranting-ranting kering untuk memasak. Padahal dulu semua itu tak pernah dilakukannya karena dia sibuk mengurusku dan para santriwati untuk setoran hafalan Al-qur’an kepadanya ketika Bu Nyai berhalangan.
Namun lambat laun masalah itu muncul satu persatu menjejali otakku dan terus menggangguku. Masalah itu bukan datang darinya yang tak rela dengan kehidupan sekarang, bukan darinya yang kurang melayaniku, bukan dari orangtuaku yang kurang sreg, bukan dari para tetangga yang tak cocok. Bukan dari itu semua!.
“Kamu di rumah saja nduk.” Begitu kata simbok membujuknya. Ditangannya tertenteng tambang panjang, serta makanan bontot (nasi sayur, lauk yang dibungkus dengan pohon pisang), dan pada kepalanya bertengger caping. Ya, musim ini memang musim tanam padi. Ia tak tega jika menantu rembulannya ikut ke sawah.
Tanpa jawaban. Ia malah tersenyum dan langsung berlari kecil ke dalam rumah. Simbok lega.
Namun yang terjadi bukan itu, ia keluar dengan seragam tanam padi yang serba lusuh. Ternyata ia sudah persiapan membawa baju yang layak untuk dipakai ke sawah. Ku lihat dengan sudut mataku, oh rembulanku … kau terbalut kabut yang tebal.
Tapi simbok, bapak, dan juga aku sendiri terus membujuk sang rembulan untuk tinggal di rumah. Perasaan kami sama, dia tak layak untuk itu. Tapi ia tetap saja memaksa agar kami menyerah.
“Aku ikut ya? Nanti aku diajari yang mbok?”. Rengeknya seperti anak kecil yang manja. Oooh … rembulan berkabutku, kau terlihat manis dengan rengekan dan sikap manjamu itu. Tapi bukan di sini, saat pakaianmu tak pantas untukmu.
Akhirnya kami kalah. Sesampai di sawah dia tampak serius belajar menanam dengan Simbok. Dan sekali-kali melambai padaku dengan tersenyum manis sekali. Dan otakku saat itu mulai berfikir keras.
Ning, kau tak layak hidup di sawah! Kau bukan gadis sawah! Kau adalah calon bu nyai yang setiap hari mengajar, jika saja bukan aku jodohmu. Kau harusnya berontak dengan semua keadaan ini, dengan keputusan ayahmu mengijinkanku untuk menikahimu waktu itu. Kau harusnya berontak dengan keputusanku pindah tempat tinggal. Kau harusnya minta aku untuk membuatkan rumah yang layak, bukan rumah itu yang mulai bocor sana-sini dan retak yang akut. Kau seharusnya tak bahagia di sini, disawah yang penuh terik, tapi kau sesekali menatapku dan mengacungkan tanganmu dari kejauhan dengan senyummu. Tapi kau tak pernah mengatakan bahwa kau ingin mengajar walaupun keilmuanmu sudah tak diragukan, namun kau tak pernah mengeluh dengan semua ini. Kau tetap tersenyum dan tak pernah terkikis pasrahmu padaku. Namun kau tak pernah menuntut apa-apa dariku.
“Yang engkau inginkan, aku pun sangat menginginkannya.” Itulah ujarmu yang sering sekali ku dengar dari bibir merah tipismu.
Aku harus bilang apa jika nanti aku ditanya malaikat tentang kedzalimanku karena tak menempatkanmu pada tempat semestinya. Apakah aku akan menyalahkanmu, bukankah penyebab utamanya adalah aku. Aku harus bilang apa?
Tapi masalah itu datang dari diriku sendiri.
“Kita ini orang biasa le … mbok kamu cari istri yang sederajat saja.”
Tiba-tiba saja kata-kata simbok terngiang-ngiang di telinga kanan dan kiriku. Aku jadi ragu dengan prinsipku bahwa “sekufu’ bukanlah kesesuaian ning dengan gus”. (If. Terpaksa cerpen ini saya kirimkan ke As-Sibaq yang tentunya pasti diterima. Ini bukan karena saya Krubaq(kru As-Sibaq), tapi lebih karena tak ada tulisan lagi yang masuk sehingga papan yang cukup besar itu ra kebak-kebak. Tapi tetep ga’ popo, siap dan sangat menunggu komentar apa saja dari pembaca mana saja. Bisa lewat lisan, tulisan tangan, ataupun via elektronik)
Komplek B
28 April ‘08
Aku ingin bercerita tapi jangan kau tertawakan.
Aku ingin bercerita tapi jangan kau tangisi.
Aku hanya ingin bercerita, dan jadilah pembaca yang baik.
Ku pikir semua akan mudah. Hidup itu tak perlu susah-susah. Wong hanya mampir ngombe saja kok. Tapi kenyataannya lain, sangat lain kawan. Entah aku yang salah atau memang aku yang salah. Keyakinan itu bagiku terkadang menimbulkan kesengsaraan. Bisa jadi karena aku berkeyakinan kepada sesuatu yang seharusnya tidak diyakini. Ah … bodoh amat.
***
Mula-mula memang hanya biasa dan itu tak akan menimbulkan sulit tidur, makan nggak enak, pikiran jadi nggak banyak terganggu, banyak melamun, dan banyak yang tak logis menjadi terjadi. Namun namanya ketemu terus menerus bisa menimbulkan itu … cinta. Dan itu wajar. Karena aku bisa melihat lebih jauh kelebihan dan kekurangan dia (yang ku rasa itu juga menjadi satu kelebihannya disamping kelebihan itu sendiri).
“Kita ini orang biasa le … mbok kamu cari istri yang sederajat saja.” Begitu pesan simbok mewanti-wanti ketika ku tawarkan dia, orang yang akan menyintai orang yang menikahinya. Siapapun dia, termasuk aku. Katanya.
Jika aku mendengar ‘sederajat’, atau dalam istilah fikihnya sekufu, aku sangat tidak suka. Tapi ku maklumi simbok, dia orang dulu dan aku orang sekarang, jelas beda kan? Bagiku yang dimaksud sekufu itu bukan dari segi putra kyai atau bukan. Tapi tingkat kecerdasanlah yang lebih ditonjolkan. Bukankah kamu juga berfikiran begitu? Kalau tidak, pasti kau tak akan pernah dapat ning yang cantiiik bangggets seperti aku. Kalau saja kamu bukan gus aseli ‘bikinan’ kyai.
“Kepandaian tak akan menjamin semuanya Le.” Bapak juga mendukung simbok.
Tapi aku tetap bersikukuh. Bukannya aku tidak patuh kepada bapak dan simbok, tapi ini urusannya lain. Dia mau menjadi istriku sepenuh hati. Dan alasan itu sudah cukup bagiku untuk ku pegangi kuat-kuat di depan kerentaan kedua orang tua. Alhamdulillah, akhirnya semuanya berhasil. Keduanya merestui (lebih tepatnya mengalah).
“Tapi ingat, kamu bukan siapa-siapa. Kamu adalah anak kami. Kamu bukan Gus, kamu hanyalah anak penyadap gula jawa. Dan kamu memang tak dilahirkan dari seorang Kyai karena bapak juga bukan anak Kyai. Pesan bapak, jagalah dirimu baik-baik diantara orang-orang bermartabat.”
Ku jawab ya dengan mantab.
Perkataan bapak benar. Aku memang bukan gus, tapi kalau unjuk kemampuan dengan gus aku tak akan kalah. Bukan sombong lho … nyatanya aku mampu meraih gelar magisterku dikota ini dengan hasil yang sangat memuaskan. Bukankah itu sebuah prestasi yang waaau! sungguh menggembirakan dari seorang putra penyadap gula jawa. Mungkin diriku bisa dikatakan dengan istilah ‘Setingkat Gus’.
“Jika njenengan rela dengan sesuatu hal, maka aku pun akan rela dengannya. Begitu pula sebaliknya. Bagiku hidup ini adalah sebuah pengabdian buat suamiku yang tercinta”.
Begitulah jawab istri cantikku yang sering ku panggil dengan Khumaira (itba’ Nabi) ketika selesai resepsi tadi siang di kamar pengantin kami yang penuh dengan bunga-bunga. Kalimat yang sangat sederhana, tapi cukup luas cakupannya. Dan dia memang seorang istri yang sangat ideal. Bukan dari nasab saja, tetapi ning yang sekarang menjadi istriku ini adalah sosok yang sangat patuh sekali dengan aku. Suaminya. Dia pasrah sepenuhnya atas dirinya kepadaku, dan akupun menghargai kepasrahannya. Ku pandang wajahnya yang aduhai … Lentik bulu matanya, merah muda pipinya, tipis dan merah bibirnya, dan aaah sempurna!
Dan akhirnya ku dapatkan ia diatas keindahan ini. Gadis ning yang dulu hanya bisa ku nikmati dari kaca ndalem sehabis sorogan Pak Kyai. Ku dapatkan puteri yang jika malam datang, seolah purnama malu dan berkata, “Gantikan aku wahai puteri cantik, sebagai hiasan malam.” Aku sungguh beruntung.
Soal keluarganya, mereka sangat menerimaku dengan tangan terbuka. Mereka tak membedakan menantu-menantunya yang dari keempat menantunya hanya aku yang bukan gus (semua puteranya bukan putera, tapi puteri). Mungkin karena pandangannya tentang sekufu sama denganku. Aku sangat beruntung mempunyai keluarga baru ini. Seolah surga ditumpahruahkan ke hadapanku.
Pak Yai (kalau sekarang sih bapak mertua) menawarkanku untuk menjadi penerus di pondok ini, maksudnya pengasuh selanjutnya. Namun aku merasa aku bukanlah orang yang layak, dan banyak yang lebih layak dari ketiga menantu yang memang punya darah ke kyai-an. Kyai memaklumi, dan akhirnya aku tinggal bersama beliau untuk membantu-bantu mengembangkan pondok.
Namun karena rasa ingin berbakti dengan orang tua dan kampung di rumah, aku tak begitu menikmati keadaan ini. Karena tempatku disitu namun hatiku di rumah bersama simbok dan bapak. Akhirnya aku pindah dengan restu mertua dan atas pertimbangan Khumairaku.
“Yang engkau inginkan, aku pun sangat menginginkannya.” Katanya tersenyum, lalu ku kecup keningnya.
Awalnya aku khawatir dia akan sangat sulit hidup di desa dengan fasilitas yang sangat minim. Namun ia tak seperti anggapanku. Ia cepat beradaptasi dan sangat tanggap (tidak manja). Dan walaupun ia tampak lelah dengan aktifitas gerak yang padat, namun ia sungguh tak pernah mengeluh. Bayangkan saja, ia mencuci baju sendiri, menimba air, memasak memakai kayu bakar, sampai harus mencari ranting-ranting kering untuk memasak. Padahal dulu semua itu tak pernah dilakukannya karena dia sibuk mengurusku dan para santriwati untuk setoran hafalan Al-qur’an kepadanya ketika Bu Nyai berhalangan.
Namun lambat laun masalah itu muncul satu persatu menjejali otakku dan terus menggangguku. Masalah itu bukan datang darinya yang tak rela dengan kehidupan sekarang, bukan darinya yang kurang melayaniku, bukan dari orangtuaku yang kurang sreg, bukan dari para tetangga yang tak cocok. Bukan dari itu semua!.
“Kamu di rumah saja nduk.” Begitu kata simbok membujuknya. Ditangannya tertenteng tambang panjang, serta makanan bontot (nasi sayur, lauk yang dibungkus dengan pohon pisang), dan pada kepalanya bertengger caping. Ya, musim ini memang musim tanam padi. Ia tak tega jika menantu rembulannya ikut ke sawah.
Tanpa jawaban. Ia malah tersenyum dan langsung berlari kecil ke dalam rumah. Simbok lega.
Namun yang terjadi bukan itu, ia keluar dengan seragam tanam padi yang serba lusuh. Ternyata ia sudah persiapan membawa baju yang layak untuk dipakai ke sawah. Ku lihat dengan sudut mataku, oh rembulanku … kau terbalut kabut yang tebal.
Tapi simbok, bapak, dan juga aku sendiri terus membujuk sang rembulan untuk tinggal di rumah. Perasaan kami sama, dia tak layak untuk itu. Tapi ia tetap saja memaksa agar kami menyerah.
“Aku ikut ya? Nanti aku diajari yang mbok?”. Rengeknya seperti anak kecil yang manja. Oooh … rembulan berkabutku, kau terlihat manis dengan rengekan dan sikap manjamu itu. Tapi bukan di sini, saat pakaianmu tak pantas untukmu.
Akhirnya kami kalah. Sesampai di sawah dia tampak serius belajar menanam dengan Simbok. Dan sekali-kali melambai padaku dengan tersenyum manis sekali. Dan otakku saat itu mulai berfikir keras.
Ning, kau tak layak hidup di sawah! Kau bukan gadis sawah! Kau adalah calon bu nyai yang setiap hari mengajar, jika saja bukan aku jodohmu. Kau harusnya berontak dengan semua keadaan ini, dengan keputusan ayahmu mengijinkanku untuk menikahimu waktu itu. Kau harusnya berontak dengan keputusanku pindah tempat tinggal. Kau harusnya minta aku untuk membuatkan rumah yang layak, bukan rumah itu yang mulai bocor sana-sini dan retak yang akut. Kau seharusnya tak bahagia di sini, disawah yang penuh terik, tapi kau sesekali menatapku dan mengacungkan tanganmu dari kejauhan dengan senyummu. Tapi kau tak pernah mengatakan bahwa kau ingin mengajar walaupun keilmuanmu sudah tak diragukan, namun kau tak pernah mengeluh dengan semua ini. Kau tetap tersenyum dan tak pernah terkikis pasrahmu padaku. Namun kau tak pernah menuntut apa-apa dariku.
“Yang engkau inginkan, aku pun sangat menginginkannya.” Itulah ujarmu yang sering sekali ku dengar dari bibir merah tipismu.
Aku harus bilang apa jika nanti aku ditanya malaikat tentang kedzalimanku karena tak menempatkanmu pada tempat semestinya. Apakah aku akan menyalahkanmu, bukankah penyebab utamanya adalah aku. Aku harus bilang apa?
Tapi masalah itu datang dari diriku sendiri.
“Kita ini orang biasa le … mbok kamu cari istri yang sederajat saja.”
Tiba-tiba saja kata-kata simbok terngiang-ngiang di telinga kanan dan kiriku. Aku jadi ragu dengan prinsipku bahwa “sekufu’ bukanlah kesesuaian ning dengan gus”. (If. Terpaksa cerpen ini saya kirimkan ke As-Sibaq yang tentunya pasti diterima. Ini bukan karena saya Krubaq(kru As-Sibaq), tapi lebih karena tak ada tulisan lagi yang masuk sehingga papan yang cukup besar itu ra kebak-kebak. Tapi tetep ga’ popo, siap dan sangat menunggu komentar apa saja dari pembaca mana saja. Bisa lewat lisan, tulisan tangan, ataupun via elektronik)
Komplek B
28 April ‘08
Sebuah Renungan
ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANYA
Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia akan belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia akan belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, Ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, Ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, Ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, Ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, Ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran, Ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan keterbukaan, Ia belajar kebenaran
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, Ia belajar berdamai dengan fikiran
(DOROTHY LAW NOLTE)
Selalu Malam
‘Bila aku tak tidur untuk menunggu sunyinya’
Kepada malam selalu kita bercerita …
Tapi bila malam tak lagi membisikkan kesunyian
Masihkah malam setia pada kegelapannya?
Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia akan belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia akan belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, Ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, Ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, Ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, Ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, Ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran, Ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan keterbukaan, Ia belajar kebenaran
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, Ia belajar berdamai dengan fikiran
(DOROTHY LAW NOLTE)
Selalu Malam
‘Bila aku tak tidur untuk menunggu sunyinya’
Kepada malam selalu kita bercerita …
Tapi bila malam tak lagi membisikkan kesunyian
Masihkah malam setia pada kegelapannya?
MENBUMIKAN AL FATIHAH
Oleh : ASR
Tak ayal lagi, Surat Al Fatihah merupakan surat yang sangat familiar bagi kalangan umat muslim di seluruh penjuru jagad ini. Surat Al Fatihah adalah "bahasa" persatuan bagi ukhuwah islamiyah yang secara ekplisit di perintahkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam penyunahan sholat berjamaah. Namun apakah Surat Al Fatihah sudah sesuai dengan fungsi yang diharapkan? Apa rahasia yang terkandung dari mother of holy Quran ini?
Bukan hal yang asing bagi kita umat Islam dengan surat pertama dari Al Qur'an ini. Ya, ke-familiarannya didukung oleh beberapa hal, antara lain;
1.adanya kewajuiban untuk membacanya di tiap shalat maktubah (fardlu).
2.sering menjadi doa singkat yang umum oleh sebagian umat islam.
3.surat yang mudah dihafal, yang terdiri hanya 7 ayat saja.
4.sering juga digunakan sebagai wasilah bagi sebagian umat Islam.
5.dan beberapa hal lain .
maka tidak ada lagi alasan seorang muslim untuk tidak kenal dan tahu tentang surat pertama Al Qur'an ini.
Secara historis, Surat Al Fatihah merupakan surat makkiyah yaitu surat-surat yang diturunkan di Makkah Al Mukarromah. Karakteristik umum darii surat makkiayah adalah; ayat-ayatnya pendek dan menggandung 'ijaz (untuk melemakkan), kandungan surat pada umumya berisi tentang tauhidullah. Latar belakang seperti ini tentu terkandung maksud yang di sesuaikan oleh sang Pembuatnya- Allah SWT-. Selain itu, format dan pemilihan katanya mengandung nilai sastra yang tinggi. Hal ini, ditujukan untuk memetahkan perlawanan dari kaun Quraisy pada saat itu yang begitu mendewa-dewakan sastra sebagai keahlian yang notabene terhormat pada saat itu.
Terlepas dari itu, Surat Al Fatihah memiliki beberapa nama lain yang juga dikenal oleh sebagian umat Islam. Nama-nama itu antara lain ;
1.Al Fatihah (pembuka), karena kedudukannya sebagai surat pertam dari Al Qur'an.
2.Ummul Qur'an (induk Qur'an), karena kandungan isinya yang mencakup semua isi Al Quran.
3.Al Matsani (yang diulang), karena surat ini dibaca berulang-ulang dalam shalat fardlu seorang muslim.
4.ummul kitab (induk Al Qur'an).
5.Asy Syifa' (penyembuh)
6.dll.
Menurut pendapat seorang ulama' karismatik Yoyakarta , KH Asyhari Marzuki dalam bukunya yang berjudul Memikat Hati Dengan Al Qur'an, di sebutkan bahwa Surat Al Fatihah memiliki nama lebih dari sepuluh buah nama. Sedang dalam kitab Ayatul Ahkam di sebutkan bahwa Surat Al Fatihah memiliki sekitar sepuluh buah nama.
Terlepas dari beberapa kontroversi tentang surat ini, kandungan Surat Al Fatihah telah mencakup isi al Qur'an secara 'ijmal (global) yaitu; tauhid, ibadah, dan sejarah. Surat ini menjadi rukun utama dalam ibadah shalat seseorang. Menurut jumhurrul ulama shalat seseorang dikatakan batal jika ditak membaca surat ini di dalamnya. Fatihah menjadi salah satu "ruh" shalat seseorang muslim. Namun yang terpenting dari Surat Al Fatihah adalah adanya pernyataan keharmonisan hubungan seseorang kepada sang Khaliq (habluminallah) dan kepada sesama manusia (habluminannas).
Jika kita telaah ayat per ayat maka akan kita temuakan sebuah filosofi hidup yang ideal dan tentunya up date untuk segala zaman apalagi zaman sekarang yang oleh Kuntowijiyo disebut sebagai zaman postmodern dengan informasi sebagai tumpuan untama tidak lagi berbasic pada industri seperti pada zaman modern.
Pada ayat pertama, bismillah hirrohmanirrahim, memberi pembelajaran pada kita bahwa dalam tiap awal aktivitas kita harus selalu menghadirkan sosok Tuhan –Allah SWT- dan juga adanya penetapan misi. Hal ini sangat penting agar langkah seseorang itu menjadi berorentasi positif sehingga manusia tidak lagi diperbudak oleh sistem yang dibuatnya sendiri, seperti yang kita lihat para penganut kapitalis dan matrealis yang diperbudak oleh filosofi "sesat" mereka sendiri. Pada ayat kedua, Alhamdulilahi robbil alamin, ayat ini adalah sebuah implikasi tentang segala sesuatu adalah milik Allah SWT, sehingga tidak ada ketamakan dan opsesi mengekangi terhadap segala sesuatu. Arrahmanirrahim, mengajarkan kepada kita untuk berjiwa sosial terhadap sesama dan mau untuk saling menyayangi serta ajaran untuk mandiri melangkah dan hanya bergantung pada Allah SWT semata.
Pada ayat Malikiyaumiddin, terkandung ajaran tentang manajemen waktu (usia) karena hidup tidak hanya mementingkan kenidupan sekarang saja, tetapi juga kehidupan esok dan yang paling utama adalah kehidupan diakhirat, karena tiap detik adaalh modal kita. Iyyakana' budu wa Iyya kanastain, juga melatih kita untuk memanfaatkan tiap peluang yang ada baik itu peluang ibadah namupun peluang dalam kehidupan dengan selalu meminta petunjuk dari Allah SWT. Pada ayat Ihdinasshirathal mustaqim, adalah sebuah misi ideal dari kehidupan, menurut Nabi sebaik-baiknya seseorang adalahy mereka yang memberi manfaat bagi manusia yang lain. Shirthal ladzina an'amta alaihim ghoiril magdlubialaihim waladlooliin, ayat ini mengajarkan kepada kita untuk memilih segala sesuatu yang baik dan menolak yang buruk. Ayat ini juga mengajarkan untuk hidup efisien dan efektif dengan mempertimbangkan segala sesuatu agar sesuai deng tujuan dengan modal yang ada dan meminimalkan adanya kerusakan.
Namun Surat Al Fatihah bisa saja hanya menjadi kata-kata manis kala kita tidak mampu untuk menghayati apa kandungan dan filosofi apa yang ada untuk diaplikasikan dalam dunia nyata seperti saat ini. Sebenarnya, cukuplah untuk menciptakan sebuah pranata sosial yang yang ideal (madany community) dengan cara merenungkan dan mengaplikasikan Surat Al Fatihah ini dalam hidup. Tidak dipunggkiri seperti yang penulis paparkan di depan, bahwa Surat Al Fatihah mencakup seluruh isi Al Qur'an. Otomatis pengamalan surat ini merupak pengamalan kaidah-kaidah pokok Islam.
"Saya menemukan Islam di dunia Barat, Namun saya tidak menemukan Islam di Dunia Timur" itulah salah satu statemen dari cendikiawan Nur Cholis Majid tentang kita sebagai umat Islam yang mempinyai sebuah ajaran yang begitu ideal namun kita tak mampu mengaplikasikannya. Akan tetapi, ajaran itu malah teraplikasi bagus di umat non-Islam, apa kita tidak malu???
Penulis
Ahmad Syamsul Ridlwan
Koodinator divisi Intelektual dan Ke-Islaman
Badan Esekutif Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
e-mail : syam_rd005@yahoo.com
Tak ayal lagi, Surat Al Fatihah merupakan surat yang sangat familiar bagi kalangan umat muslim di seluruh penjuru jagad ini. Surat Al Fatihah adalah "bahasa" persatuan bagi ukhuwah islamiyah yang secara ekplisit di perintahkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam penyunahan sholat berjamaah. Namun apakah Surat Al Fatihah sudah sesuai dengan fungsi yang diharapkan? Apa rahasia yang terkandung dari mother of holy Quran ini?
Bukan hal yang asing bagi kita umat Islam dengan surat pertama dari Al Qur'an ini. Ya, ke-familiarannya didukung oleh beberapa hal, antara lain;
1.adanya kewajuiban untuk membacanya di tiap shalat maktubah (fardlu).
2.sering menjadi doa singkat yang umum oleh sebagian umat islam.
3.surat yang mudah dihafal, yang terdiri hanya 7 ayat saja.
4.sering juga digunakan sebagai wasilah bagi sebagian umat Islam.
5.dan beberapa hal lain .
maka tidak ada lagi alasan seorang muslim untuk tidak kenal dan tahu tentang surat pertama Al Qur'an ini.
Secara historis, Surat Al Fatihah merupakan surat makkiyah yaitu surat-surat yang diturunkan di Makkah Al Mukarromah. Karakteristik umum darii surat makkiayah adalah; ayat-ayatnya pendek dan menggandung 'ijaz (untuk melemakkan), kandungan surat pada umumya berisi tentang tauhidullah. Latar belakang seperti ini tentu terkandung maksud yang di sesuaikan oleh sang Pembuatnya- Allah SWT-. Selain itu, format dan pemilihan katanya mengandung nilai sastra yang tinggi. Hal ini, ditujukan untuk memetahkan perlawanan dari kaun Quraisy pada saat itu yang begitu mendewa-dewakan sastra sebagai keahlian yang notabene terhormat pada saat itu.
Terlepas dari itu, Surat Al Fatihah memiliki beberapa nama lain yang juga dikenal oleh sebagian umat Islam. Nama-nama itu antara lain ;
1.Al Fatihah (pembuka), karena kedudukannya sebagai surat pertam dari Al Qur'an.
2.Ummul Qur'an (induk Qur'an), karena kandungan isinya yang mencakup semua isi Al Quran.
3.Al Matsani (yang diulang), karena surat ini dibaca berulang-ulang dalam shalat fardlu seorang muslim.
4.ummul kitab (induk Al Qur'an).
5.Asy Syifa' (penyembuh)
6.dll.
Menurut pendapat seorang ulama' karismatik Yoyakarta , KH Asyhari Marzuki dalam bukunya yang berjudul Memikat Hati Dengan Al Qur'an, di sebutkan bahwa Surat Al Fatihah memiliki nama lebih dari sepuluh buah nama. Sedang dalam kitab Ayatul Ahkam di sebutkan bahwa Surat Al Fatihah memiliki sekitar sepuluh buah nama.
Terlepas dari beberapa kontroversi tentang surat ini, kandungan Surat Al Fatihah telah mencakup isi al Qur'an secara 'ijmal (global) yaitu; tauhid, ibadah, dan sejarah. Surat ini menjadi rukun utama dalam ibadah shalat seseorang. Menurut jumhurrul ulama shalat seseorang dikatakan batal jika ditak membaca surat ini di dalamnya. Fatihah menjadi salah satu "ruh" shalat seseorang muslim. Namun yang terpenting dari Surat Al Fatihah adalah adanya pernyataan keharmonisan hubungan seseorang kepada sang Khaliq (habluminallah) dan kepada sesama manusia (habluminannas).
Jika kita telaah ayat per ayat maka akan kita temuakan sebuah filosofi hidup yang ideal dan tentunya up date untuk segala zaman apalagi zaman sekarang yang oleh Kuntowijiyo disebut sebagai zaman postmodern dengan informasi sebagai tumpuan untama tidak lagi berbasic pada industri seperti pada zaman modern.
Pada ayat pertama, bismillah hirrohmanirrahim, memberi pembelajaran pada kita bahwa dalam tiap awal aktivitas kita harus selalu menghadirkan sosok Tuhan –Allah SWT- dan juga adanya penetapan misi. Hal ini sangat penting agar langkah seseorang itu menjadi berorentasi positif sehingga manusia tidak lagi diperbudak oleh sistem yang dibuatnya sendiri, seperti yang kita lihat para penganut kapitalis dan matrealis yang diperbudak oleh filosofi "sesat" mereka sendiri. Pada ayat kedua, Alhamdulilahi robbil alamin, ayat ini adalah sebuah implikasi tentang segala sesuatu adalah milik Allah SWT, sehingga tidak ada ketamakan dan opsesi mengekangi terhadap segala sesuatu. Arrahmanirrahim, mengajarkan kepada kita untuk berjiwa sosial terhadap sesama dan mau untuk saling menyayangi serta ajaran untuk mandiri melangkah dan hanya bergantung pada Allah SWT semata.
Pada ayat Malikiyaumiddin, terkandung ajaran tentang manajemen waktu (usia) karena hidup tidak hanya mementingkan kenidupan sekarang saja, tetapi juga kehidupan esok dan yang paling utama adalah kehidupan diakhirat, karena tiap detik adaalh modal kita. Iyyakana' budu wa Iyya kanastain, juga melatih kita untuk memanfaatkan tiap peluang yang ada baik itu peluang ibadah namupun peluang dalam kehidupan dengan selalu meminta petunjuk dari Allah SWT. Pada ayat Ihdinasshirathal mustaqim, adalah sebuah misi ideal dari kehidupan, menurut Nabi sebaik-baiknya seseorang adalahy mereka yang memberi manfaat bagi manusia yang lain. Shirthal ladzina an'amta alaihim ghoiril magdlubialaihim waladlooliin, ayat ini mengajarkan kepada kita untuk memilih segala sesuatu yang baik dan menolak yang buruk. Ayat ini juga mengajarkan untuk hidup efisien dan efektif dengan mempertimbangkan segala sesuatu agar sesuai deng tujuan dengan modal yang ada dan meminimalkan adanya kerusakan.
Namun Surat Al Fatihah bisa saja hanya menjadi kata-kata manis kala kita tidak mampu untuk menghayati apa kandungan dan filosofi apa yang ada untuk diaplikasikan dalam dunia nyata seperti saat ini. Sebenarnya, cukuplah untuk menciptakan sebuah pranata sosial yang yang ideal (madany community) dengan cara merenungkan dan mengaplikasikan Surat Al Fatihah ini dalam hidup. Tidak dipunggkiri seperti yang penulis paparkan di depan, bahwa Surat Al Fatihah mencakup seluruh isi Al Qur'an. Otomatis pengamalan surat ini merupak pengamalan kaidah-kaidah pokok Islam.
"Saya menemukan Islam di dunia Barat, Namun saya tidak menemukan Islam di Dunia Timur" itulah salah satu statemen dari cendikiawan Nur Cholis Majid tentang kita sebagai umat Islam yang mempinyai sebuah ajaran yang begitu ideal namun kita tak mampu mengaplikasikannya. Akan tetapi, ajaran itu malah teraplikasi bagus di umat non-Islam, apa kita tidak malu???
Penulis
Ahmad Syamsul Ridlwan
Koodinator divisi Intelektual dan Ke-Islaman
Badan Esekutif Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
e-mail : syam_rd005@yahoo.com
REKONSTRUKSI GEDUNG ASRAMA
Malam itu suasana di asrama mahasiswa sunyi senyap. Hanya terdengar sayup-sayup obrolan lirih dari segilintir santri yang sedang piket ronda. Di sebelah mereka berderet beberapa santri yang tergeletak tidur. Lelah telah membuat mereka tak kuasa menahan kantuk yang menyerbu kelopak mata. Mereka seolah lupa pada tugas ronda yang di emban. Sementara di dalam aula terdapat banyak santri yang terbaring melepaskan penat setelah seharian penuh melakukan akfitas yang padat. Mereka tampak berjajar rapi. Jika diamati, posisi tidur mereka tak ubahnya deretan ikan pindang yang biasa tersedia di kantin.
Itulah sedikit dari sekian banyak gambaran fenomena nyata yang terjadi di pesantren kita akibat adanya rekonstruksi gedung bangunan asrama mahasiswa. Perbedaan suasana pondok pada saat sesudah dan sebelum dilakukan rekonstuksi gedung terlihat jelas. Salah satunya adalah seperti yang tercover pada paragraph di atas. Piket ronda yang sebelumnya dilakukan para santri di pos ronda, kini beralih tempat setelah dilakukan rekonstruksi bangunan. Para santri lebih memilih tempat yang berada di depan bangunan komplek B baru. Praktis, pos ronda yang ada sekarang ini tidak banyak dimanfaatkan dan terkesan banyak nganggurnya. Jika pos ronda itu mampu berbicara, mungkin ia akan berteriak sekeras-kerasnya, memprotes para santri yang sudah tidak lagi memperdulikan eksistensinya. Ia akan menuntut haknya untuk diperlakukan sebagaimana mestinya. Dulu pada saat sebelum rekonstruksi, pos ronda dipenuhi para santri yang sedang ronda. Suasana lebih terlihat agak ramai karena mayoritas dari santri yang sedang ronda dalam keadaan terjaga, bahkan tak jarang mereka menyempatkan diri untuk memasak. Sekarang, jika kita lihat teman-teman santri yang sedang ronda mereka lebih memilih terbang ke alam mimpi dari pada sekedar ngobrol, membaca buku atau bahkan memasak. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena lokasi ronda yang sangat mendukung dan representative untuk dijadikan tempat tidur.
Tak dapat dielakkan, bahwa dengan adanya rekonstruksi gedung asrama, para santri memperoleh kenyamanan tersendiri. Sebagai salah satu bukti adalah bahwa saat ini, para santri bisa dengan sangat leluasa membawa computer atau laptopnya ke dalam pondok. Tentu hal ini mempermudah mereka dalam hal pengerjaan tugas-tugas kampus.
Sejauh ini memang proyek renovasi asrama masih belum rampung seratus persen, kendati demikian suasana nyaman sudah dapat dirasakan. Saat ini para tukang bangunan sedang menyelesaikan bangunan komplek yang berada di sebelah paling timur atau biasa disebut dengan kamar wetan. Rencananya bangunan baru tersebut akan digunakan sebagai kamar tidur para santri dan bagian belakang gedung akan dimanfaatkan sebagai tempat parkir sepeda motor dan pit onthel. Untuk parkirnya sekarang sudah dapat digunakan, tetapi kenyataannya teman-teman santri lebih suka memarkir motornya di halaman depan kantor yang baru. Tindakan mereka inilah yang beberapa waktu lalu sempat disesalkan ketua keamanan pondok dalam sambutannya di sela-sela acara rutin tiap malam jumat.
“Yo’ opo arek-arek iki wong wes angel-angel digawekno parkiran kok gak gelem marker neng nggone” begitulah sang ketua keamanan dengan bahasa khas jawa timur menyampaikan keluhannya. Sebenarnya dari segi penempatan, letak parkiran kurang begitu strategis. Para santri harus menuntun motornya jauh ke belakang kamar wetan, sehingga merekapun malas untuk memarkirnya di tempat yang telah disediakan. Mereka lebih memilih memarkirnya di halaman pondok karena lebih praktis. Biasanya para santri akan mau memarkirkan kendaraanya di parkiran tersebut ketika hujan turun.
Terkait dengan proyek pembangunan tersebut, crew as sibaq sempat menanyakan komentar beberapa santri. “ Terus terang saya pribadi merasa bertambah nyaman dengan adanya pembangunan gedung asrama yang baru, tapi di satu sisi dampak negative dari adanya proyek tersebut dikhawatirkan kang-kang santri bisa dengan sangat leluasa mengarahkan pandangannya ke arah barat, maksudnya ya itu loh kang-kang santri inceng-inceng kompleke mbak-mbak santri, itu kan nggak etis” begitulah komentar dari Kang badar seorang santri yang mempunyai banyak status, dari mulai status mahasiswa, santri, guru, single, jomblo ( eh..tapi dua status yang disebut terakhir ini guyon lo kang..disensor). Mbah faiz, salah satu artis idola santri yang pernah diekspos di madding ini enggan berkomentar ketika ditanyakan masalah proyek pembangunan ini, begitu juga kang bey ratomi santri nyentrik asal magelang inipun tak mau mengucapkan sepatah kata pun dari bibirnya. Penyebab pastinya belum diketahui, entah karena takut, pekewuh atau karena malas tur isin, yang jelas mereka berdua no koment.
Akibat dari adanya rekonstruksi bangunan, berbagai masalah pun muncul, di antaranya adalah masalah buku-buku yang ada di komplek A. Banyak di sana tercecer berkardus-kardus buku yang membuat pemandangan jadi tak sedap. Sebelumnya banyak juga buku yang mangkrak di depan kamar wetan yang masih dalam pembangunan. Apalagi kondisinya basah dan banyak kitabnya. Kitab-kitab itu bahkan terinjak-injak. Maka diambillah keputusan untuk dibakar.
Entah itu buku-buku yang ada di komplek A itu milik siapa, yang jelas ternyata penghargaan kita kepadanya masih sangat minim. Padahal buku menjadi salah satu sumber keilmuwan kita. Karena diakui ataupun tidak, ilmu kita masih di suthur, belum di sudhur. Jika memang buku-buku itu adalah kepemilikan para alumni (kalau melihat nama-nama tua yang banyak tertera di halaman pertama), lalu bagaimana cara penyelesaiannya? Terus terang banyak santri yang enggan memanfaatkannya jika tidak ada kerelaan dari pemilik. Tapi ini masalahnya agak lain, pemilik belum tentu tidak rela, mungkin saja rela tetapi tidak mengetahuinya.
Terlepas dari masalah-masalah tersebut di atas, selayaknya kita semua bersyukur karena dengan adanya rekonstruksi gedung asrama kita semua dapat merasakan kenyamanan., Namun yang perlu diingat adalah masalah peningkatan kwalitas dari pondok kita tercinta. Peningkatan sebenarnya tidak cukup dilakukan dari segi fisik dan bangunannya saja. Percuma saja jika gedung dibangun semewah mungkin, tapi dari segi kwalitas dan mutu pendidikannya masih kurang maksimal. Yang penting adalah perbaikan dan perombakan gedung asrama tersebut bisa sejalan dengan pembangunan mutu pendidikan dan moral para santri. Semoga. (El_Ch, If, adm)
Itulah sedikit dari sekian banyak gambaran fenomena nyata yang terjadi di pesantren kita akibat adanya rekonstruksi gedung bangunan asrama mahasiswa. Perbedaan suasana pondok pada saat sesudah dan sebelum dilakukan rekonstuksi gedung terlihat jelas. Salah satunya adalah seperti yang tercover pada paragraph di atas. Piket ronda yang sebelumnya dilakukan para santri di pos ronda, kini beralih tempat setelah dilakukan rekonstruksi bangunan. Para santri lebih memilih tempat yang berada di depan bangunan komplek B baru. Praktis, pos ronda yang ada sekarang ini tidak banyak dimanfaatkan dan terkesan banyak nganggurnya. Jika pos ronda itu mampu berbicara, mungkin ia akan berteriak sekeras-kerasnya, memprotes para santri yang sudah tidak lagi memperdulikan eksistensinya. Ia akan menuntut haknya untuk diperlakukan sebagaimana mestinya. Dulu pada saat sebelum rekonstruksi, pos ronda dipenuhi para santri yang sedang ronda. Suasana lebih terlihat agak ramai karena mayoritas dari santri yang sedang ronda dalam keadaan terjaga, bahkan tak jarang mereka menyempatkan diri untuk memasak. Sekarang, jika kita lihat teman-teman santri yang sedang ronda mereka lebih memilih terbang ke alam mimpi dari pada sekedar ngobrol, membaca buku atau bahkan memasak. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena lokasi ronda yang sangat mendukung dan representative untuk dijadikan tempat tidur.
Tak dapat dielakkan, bahwa dengan adanya rekonstruksi gedung asrama, para santri memperoleh kenyamanan tersendiri. Sebagai salah satu bukti adalah bahwa saat ini, para santri bisa dengan sangat leluasa membawa computer atau laptopnya ke dalam pondok. Tentu hal ini mempermudah mereka dalam hal pengerjaan tugas-tugas kampus.
Sejauh ini memang proyek renovasi asrama masih belum rampung seratus persen, kendati demikian suasana nyaman sudah dapat dirasakan. Saat ini para tukang bangunan sedang menyelesaikan bangunan komplek yang berada di sebelah paling timur atau biasa disebut dengan kamar wetan. Rencananya bangunan baru tersebut akan digunakan sebagai kamar tidur para santri dan bagian belakang gedung akan dimanfaatkan sebagai tempat parkir sepeda motor dan pit onthel. Untuk parkirnya sekarang sudah dapat digunakan, tetapi kenyataannya teman-teman santri lebih suka memarkir motornya di halaman depan kantor yang baru. Tindakan mereka inilah yang beberapa waktu lalu sempat disesalkan ketua keamanan pondok dalam sambutannya di sela-sela acara rutin tiap malam jumat.
“Yo’ opo arek-arek iki wong wes angel-angel digawekno parkiran kok gak gelem marker neng nggone” begitulah sang ketua keamanan dengan bahasa khas jawa timur menyampaikan keluhannya. Sebenarnya dari segi penempatan, letak parkiran kurang begitu strategis. Para santri harus menuntun motornya jauh ke belakang kamar wetan, sehingga merekapun malas untuk memarkirnya di tempat yang telah disediakan. Mereka lebih memilih memarkirnya di halaman pondok karena lebih praktis. Biasanya para santri akan mau memarkirkan kendaraanya di parkiran tersebut ketika hujan turun.
Terkait dengan proyek pembangunan tersebut, crew as sibaq sempat menanyakan komentar beberapa santri. “ Terus terang saya pribadi merasa bertambah nyaman dengan adanya pembangunan gedung asrama yang baru, tapi di satu sisi dampak negative dari adanya proyek tersebut dikhawatirkan kang-kang santri bisa dengan sangat leluasa mengarahkan pandangannya ke arah barat, maksudnya ya itu loh kang-kang santri inceng-inceng kompleke mbak-mbak santri, itu kan nggak etis” begitulah komentar dari Kang badar seorang santri yang mempunyai banyak status, dari mulai status mahasiswa, santri, guru, single, jomblo ( eh..tapi dua status yang disebut terakhir ini guyon lo kang..disensor). Mbah faiz, salah satu artis idola santri yang pernah diekspos di madding ini enggan berkomentar ketika ditanyakan masalah proyek pembangunan ini, begitu juga kang bey ratomi santri nyentrik asal magelang inipun tak mau mengucapkan sepatah kata pun dari bibirnya. Penyebab pastinya belum diketahui, entah karena takut, pekewuh atau karena malas tur isin, yang jelas mereka berdua no koment.
Akibat dari adanya rekonstruksi bangunan, berbagai masalah pun muncul, di antaranya adalah masalah buku-buku yang ada di komplek A. Banyak di sana tercecer berkardus-kardus buku yang membuat pemandangan jadi tak sedap. Sebelumnya banyak juga buku yang mangkrak di depan kamar wetan yang masih dalam pembangunan. Apalagi kondisinya basah dan banyak kitabnya. Kitab-kitab itu bahkan terinjak-injak. Maka diambillah keputusan untuk dibakar.
Entah itu buku-buku yang ada di komplek A itu milik siapa, yang jelas ternyata penghargaan kita kepadanya masih sangat minim. Padahal buku menjadi salah satu sumber keilmuwan kita. Karena diakui ataupun tidak, ilmu kita masih di suthur, belum di sudhur. Jika memang buku-buku itu adalah kepemilikan para alumni (kalau melihat nama-nama tua yang banyak tertera di halaman pertama), lalu bagaimana cara penyelesaiannya? Terus terang banyak santri yang enggan memanfaatkannya jika tidak ada kerelaan dari pemilik. Tapi ini masalahnya agak lain, pemilik belum tentu tidak rela, mungkin saja rela tetapi tidak mengetahuinya.
Terlepas dari masalah-masalah tersebut di atas, selayaknya kita semua bersyukur karena dengan adanya rekonstruksi gedung asrama kita semua dapat merasakan kenyamanan., Namun yang perlu diingat adalah masalah peningkatan kwalitas dari pondok kita tercinta. Peningkatan sebenarnya tidak cukup dilakukan dari segi fisik dan bangunannya saja. Percuma saja jika gedung dibangun semewah mungkin, tapi dari segi kwalitas dan mutu pendidikannya masih kurang maksimal. Yang penting adalah perbaikan dan perombakan gedung asrama tersebut bisa sejalan dengan pembangunan mutu pendidikan dan moral para santri. Semoga. (El_Ch, If, adm)
NOTEBAR n BAU
NOTEBAR DI KOMPLEK B
Dalam rangka menyambut hari raya idul adha beberapa waktu lalu, pihak pengurus madrasah diniyah meliburkan para santrinya. Tak tanggung-tanggung libur yang ditetapkannya kurang lebih satu minggu, sehingga santri untuk sementara bisa bersantai ria, melepaskan kepenatan dan kesibukannya. Beberapa santri ada yang pulang kampung, tetapi yang masih menetap dipondokpun banyak.
Untuk mengisi liburan, biasanya pengurus memberikan kebebasan bagi kang-kang santri yang memilih liburan di pondok untuk menonton tv di luar jam-jam shalat.
Tak seperti hari-hari biasanya NOTEBAR (Nonton Televisi Bareng) kali ini tak digelar di komplek A melainkan dialihkan ke komplek B yang sekarang dijadikan kantor pondok.
Dari segi tempat, komplek B memang jauh lebih memberikan kenyamanan tersendiri dari pada di komplek A mengingat komplek B adalah komplek yang terbilang gress. Inilah yang mungkin menjadi pertimbangan adanya pengalihan tempat NOTEBAR.
Fasilitas NOTEBAR di komplek B sangat lengkap, dari mulai karpet yang memberikan kehangatan para santri di saat dinginnya malam, Bantal walaupun bantal yang digunakan bukan bantal kapuk tapi bantal buntelan karpet, pakaian bahkan bantal jimbai (alat musik yang biasa dipakai teater sangkal saat show) yang sudah rusak.
Di siang hari biasanya suasana NOTEBAR tidak begitu ramai. Hal ini mungkin dikarenakan pada siang hari kang-kang santri sibuk menjalankan aktivitasnya masing-masing. Entah itu kesibukan kampus, umbah-umbah baju, meeting, maupun apel…(Eh sory disensor) masak santri kok apel Dzalika mamnu’ .
Suasana lebih terlihat lebih ramai pada waktu malam hari, sebab waktu malam adalah waktu senggang, santai dan melepas penat teman-teman santri setelah seharian penuh beraktivitas. Nah, Untuk mengisi saat-saat santai itu kang-kang santri memilih duduk manis atau bahkan ada yang duduk pahit (karena duduknya kayak orang udunen gak bisa tenang) sambil NOTEBAR, apalagi kalau kebetulan acara yang ditonton adalah acara bola, wuuih rame banget kayak nonton di studio 21 ambarukmo loh!(El_ch)
BAU TAK SEDAP
Beberapa waktu yang lalu, ketika komplek B selesai direnovasi, bau tak sedap sering muncul menyerang hidung. Tiap kali masuk ruang yang diperuntukkan untuk penerimaan tamu, hidung tak kuasa membentengi diri dari bau pesing yang berasal dari kamar mandi.
Bau itu muncul karena memang penempatan kamar mandi yang kurang representative dan strategis. Seharusnya kamar mandi itu tidak ditempatkan di dalam ruangan yang bersebelahan langsung dengan ruang tamu supaya bau yang muncul tidak tercium. Bau itu tentu saja menggangu kenyamanan para tamu dan juga santri.
Berbagai upaya telah dilakukan demi meredam bau tak sedap itu, dari mulai memasang pengharum ruangan sampai memberi sekat dengan memasang kelambu. Upaya itu ternyata membuahkan hasil, Alhamdulillah sekarang bau itu perlahan mulai berangsur hilang walaupun tak seratus persen. (El_ch)
Dalam rangka menyambut hari raya idul adha beberapa waktu lalu, pihak pengurus madrasah diniyah meliburkan para santrinya. Tak tanggung-tanggung libur yang ditetapkannya kurang lebih satu minggu, sehingga santri untuk sementara bisa bersantai ria, melepaskan kepenatan dan kesibukannya. Beberapa santri ada yang pulang kampung, tetapi yang masih menetap dipondokpun banyak.
Untuk mengisi liburan, biasanya pengurus memberikan kebebasan bagi kang-kang santri yang memilih liburan di pondok untuk menonton tv di luar jam-jam shalat.
Tak seperti hari-hari biasanya NOTEBAR (Nonton Televisi Bareng) kali ini tak digelar di komplek A melainkan dialihkan ke komplek B yang sekarang dijadikan kantor pondok.
Dari segi tempat, komplek B memang jauh lebih memberikan kenyamanan tersendiri dari pada di komplek A mengingat komplek B adalah komplek yang terbilang gress. Inilah yang mungkin menjadi pertimbangan adanya pengalihan tempat NOTEBAR.
Fasilitas NOTEBAR di komplek B sangat lengkap, dari mulai karpet yang memberikan kehangatan para santri di saat dinginnya malam, Bantal walaupun bantal yang digunakan bukan bantal kapuk tapi bantal buntelan karpet, pakaian bahkan bantal jimbai (alat musik yang biasa dipakai teater sangkal saat show) yang sudah rusak.
Di siang hari biasanya suasana NOTEBAR tidak begitu ramai. Hal ini mungkin dikarenakan pada siang hari kang-kang santri sibuk menjalankan aktivitasnya masing-masing. Entah itu kesibukan kampus, umbah-umbah baju, meeting, maupun apel…(Eh sory disensor) masak santri kok apel Dzalika mamnu’ .
Suasana lebih terlihat lebih ramai pada waktu malam hari, sebab waktu malam adalah waktu senggang, santai dan melepas penat teman-teman santri setelah seharian penuh beraktivitas. Nah, Untuk mengisi saat-saat santai itu kang-kang santri memilih duduk manis atau bahkan ada yang duduk pahit (karena duduknya kayak orang udunen gak bisa tenang) sambil NOTEBAR, apalagi kalau kebetulan acara yang ditonton adalah acara bola, wuuih rame banget kayak nonton di studio 21 ambarukmo loh!(El_ch)
BAU TAK SEDAP
Beberapa waktu yang lalu, ketika komplek B selesai direnovasi, bau tak sedap sering muncul menyerang hidung. Tiap kali masuk ruang yang diperuntukkan untuk penerimaan tamu, hidung tak kuasa membentengi diri dari bau pesing yang berasal dari kamar mandi.
Bau itu muncul karena memang penempatan kamar mandi yang kurang representative dan strategis. Seharusnya kamar mandi itu tidak ditempatkan di dalam ruangan yang bersebelahan langsung dengan ruang tamu supaya bau yang muncul tidak tercium. Bau itu tentu saja menggangu kenyamanan para tamu dan juga santri.
Berbagai upaya telah dilakukan demi meredam bau tak sedap itu, dari mulai memasang pengharum ruangan sampai memberi sekat dengan memasang kelambu. Upaya itu ternyata membuahkan hasil, Alhamdulillah sekarang bau itu perlahan mulai berangsur hilang walaupun tak seratus persen. (El_ch)
... .Humor Des 08'
Santri tidak akan pernah ketinggalan dengan selera humornya, banyak orang berkata kalau santri memang jarang bersedih, setelah kita fikir bersama-sama ternyata memang benar, padahal mereka harus mengaji setiap harinya, sekolah, kuliah setiap paginya, apa yang membuat santri baas enjoy ya…, silahkan kalian semua berfikir dan memberi alasan riilnya. Bila sudah ketemu jawabanya akan kami masukkan dalam humor santri terbitan berikutnya. Jangan lupa kirimkan kritik dan saran kalian semua wahai santri yang kami hormati dan kami banggakan. Kasihan pemikiran yang ada difikiranmu bila tidak kamu kirimkan. Salah tidak bayar, benar kami terbitkan. Waktunya kalian berkarya.
Maaf jika harus kami panjang-panjang-kan perkataan kami, pada humor santri ini adalah sebuah kejadian yang terjadi dikalangan santri.
Dua Langkah Lebih di Depan
Kejadian ini sangat lucu. Maka tertawalah….!
Mbeeeeeek…..! Tepatnya di bulan penuh kambing tahun ini, masjid Al-Faruq seperti biasa melaksanakan sholat asar berjamaah. Seperti biasa lagi, putra di masjid utama sedang putri di bagian selatan. Kebetulan aku waktu itu ada di deretan makmum paling selatan shof pertama. Yaah, walaupun sedikit tapi gerakan mbak-mbak putri tetap bisa terlihat oleh ujung mataku, apalagi waktu sujud dan rukuk. Walau memang tak bisa melihat wajahnya, kecuali kalau memang niat ngintip. Husssh, batal nanti lho sholatnya!
Sampai pada takbiratul ihram masih seperti apa adanya, tak ada yang aneh bin ajaib. Tapi yang aneh …. Waktu imam melakukan ruku’, otomatis makmum mengikutinya kalau tak mau batal. Tapi tidak dengan kidul tembok (maksudku mbak-mbak putri). Ternyata mungkin karena saking khusuknya atau kebanyakan makan sama kambing sehingga aliran darahpun naik dengan drastis, mereka ternyata dua langkah lebih cepat dari kami (imam dan makmum putra). Yah… mereka telah melakukan sujud bersama. Selang beberapa rukun, mereka menyadari kekeliruannya, dan akhirnya keributan dan bisik-bisik kecil pun kudengar.
Dalam dugaan kuatku mereka membubarkan diri dari jamaah yang kemudian mungkin mereka melakukan jamaah sendiri.. Kalau tak percaya coba saja tanyakan sama mereka, soalnya saya sendiri juga belum kroscek.
Oh ya, sekalian nitip saran buat yang berwenang, katanya salah seorang mahluk kidul tembok ‘suara imam memang kurang keras. Sehingga …. Kalau dibiarkan terus, bisa-bisa akan ada lagi kejadian seperti di atas.
Satu satu Satu
Akhir-akhir ini mungkin masa-masa humor memang sedang melanda dan kerasan di masjid Al-Faruq. Yang satu ini juga lelucon yang tak kalah lucu dengan humor kental yang terjadi ketika jamaah di masjid. Bedanya kalau ini terjadi di masjid putera.
Seperti yang kita tahu, biasanya makmum berada tepat di belakang imam dengan shof yang berderet-deret kesamping. Kaya antri sembako sih, tapi beda karena arah menghadapnya yang beda, dan tentu saja harapannya juga beda. Tapi ini beda bro!
Seorang santri yang masbuq sebut saja Budi (memang namanya itu) merampungkan sholatnya setelah imam usai. Dengan khusuk dia menghadap robb. Nah, dibelakangnya dengan agak di bagian kanan ada Pak Mun berbaju biru juga sedang sholat. Gerakannya di belakang (mengikuti) gerakan Budi. Yang lucu, di belakang Pak Mun ada lagi Kang Arif yang sedang makmum Pak Mun.
Bisa bayangkan nggak posisi mereka saat itu? Yaitu satu satu satu. Kontan para jamaah yang memang sudah usai wiridannya pun terkekeh-kekeh melihat keajaiban dunia ini. Wekekekekek… qiqiqiqiqiqiqik …
Perlu diketahui oleh para santri bahwa Budi bukanlah menjadi Imam Pak Mun. hal itu kami simpulkan ketika Budi sudah selesai dan pak Mun tidak mengikutinya. (If, sory ya namaku minta diinisialkan. Biar terlihat misterius. He he …)
Maaf jika harus kami panjang-panjang-kan perkataan kami, pada humor santri ini adalah sebuah kejadian yang terjadi dikalangan santri.
Dua Langkah Lebih di Depan
Kejadian ini sangat lucu. Maka tertawalah….!
Mbeeeeeek…..! Tepatnya di bulan penuh kambing tahun ini, masjid Al-Faruq seperti biasa melaksanakan sholat asar berjamaah. Seperti biasa lagi, putra di masjid utama sedang putri di bagian selatan. Kebetulan aku waktu itu ada di deretan makmum paling selatan shof pertama. Yaah, walaupun sedikit tapi gerakan mbak-mbak putri tetap bisa terlihat oleh ujung mataku, apalagi waktu sujud dan rukuk. Walau memang tak bisa melihat wajahnya, kecuali kalau memang niat ngintip. Husssh, batal nanti lho sholatnya!
Sampai pada takbiratul ihram masih seperti apa adanya, tak ada yang aneh bin ajaib. Tapi yang aneh …. Waktu imam melakukan ruku’, otomatis makmum mengikutinya kalau tak mau batal. Tapi tidak dengan kidul tembok (maksudku mbak-mbak putri). Ternyata mungkin karena saking khusuknya atau kebanyakan makan sama kambing sehingga aliran darahpun naik dengan drastis, mereka ternyata dua langkah lebih cepat dari kami (imam dan makmum putra). Yah… mereka telah melakukan sujud bersama. Selang beberapa rukun, mereka menyadari kekeliruannya, dan akhirnya keributan dan bisik-bisik kecil pun kudengar.
Dalam dugaan kuatku mereka membubarkan diri dari jamaah yang kemudian mungkin mereka melakukan jamaah sendiri.. Kalau tak percaya coba saja tanyakan sama mereka, soalnya saya sendiri juga belum kroscek.
Oh ya, sekalian nitip saran buat yang berwenang, katanya salah seorang mahluk kidul tembok ‘suara imam memang kurang keras. Sehingga …. Kalau dibiarkan terus, bisa-bisa akan ada lagi kejadian seperti di atas.
Satu satu Satu
Akhir-akhir ini mungkin masa-masa humor memang sedang melanda dan kerasan di masjid Al-Faruq. Yang satu ini juga lelucon yang tak kalah lucu dengan humor kental yang terjadi ketika jamaah di masjid. Bedanya kalau ini terjadi di masjid putera.
Seperti yang kita tahu, biasanya makmum berada tepat di belakang imam dengan shof yang berderet-deret kesamping. Kaya antri sembako sih, tapi beda karena arah menghadapnya yang beda, dan tentu saja harapannya juga beda. Tapi ini beda bro!
Seorang santri yang masbuq sebut saja Budi (memang namanya itu) merampungkan sholatnya setelah imam usai. Dengan khusuk dia menghadap robb. Nah, dibelakangnya dengan agak di bagian kanan ada Pak Mun berbaju biru juga sedang sholat. Gerakannya di belakang (mengikuti) gerakan Budi. Yang lucu, di belakang Pak Mun ada lagi Kang Arif yang sedang makmum Pak Mun.
Bisa bayangkan nggak posisi mereka saat itu? Yaitu satu satu satu. Kontan para jamaah yang memang sudah usai wiridannya pun terkekeh-kekeh melihat keajaiban dunia ini. Wekekekekek… qiqiqiqiqiqiqik …
Perlu diketahui oleh para santri bahwa Budi bukanlah menjadi Imam Pak Mun. hal itu kami simpulkan ketika Budi sudah selesai dan pak Mun tidak mengikutinya. (If, sory ya namaku minta diinisialkan. Biar terlihat misterius. He he …)
Geguritan Des..08'
Alhamdulillah kali ini kami akan menambah rubric baru yang tidak terpikirkan oleh redaksi sebelumnya. Ini mungkin ada, karena kami rasa ini perlu diadakan, karena ini menurut opini kami, Geguritan ini adalah sebuah refleksi makna dalam sebuah kandungan kata yang sudah mulai pudar dan sudah akan hilang, yang bukan orang jawa kami minta maaf dan silahkan Tanya kepada temen anda yang faham Bahasa Jawa (Jantune Wibawa).
Kami hanya ingin sedikit memberitahukan kepada khalayak ramai bahwa setiap kata bahwa kalimat yang berbahasa jawa pasti mempunyai makna dan artikulasi tentang kehidupan di dunia ini, mungkin orang luar jawa akan terkagum-kagum melihat para leluhur jawa yang mempunyai filosofi tersendiri dari setiap bahasa yang mereka keluarkan, kami mencoba mengambil dari “kumpulan sajak dan geguritan Handoyo Wibowo”, darisini kita bisa memahami huruf perhuruf kemudian kata perkata yang kemudian artikulasinya kami serahkan kepada para santri, yang mayoritas orang jawa. dalam kutipan atau ditulis ulang oleh Taufiq selaku pimred Yang kami temukan di almari kumpulan buku yang sudah tak terpakai yang hamper lusuh bahkan musnah. Semoga ada Manfaatnya… Amin.
KUWASA
(Kuwat lan Prakosa)
Kala katalenan ati jalaran rasa
Punapa iku kasebut anane tresna
Sing tenanan angel le endha
Maneh gematine akehe sasegoro
Malah luwih gedhe saka donya
Isih nggubet pijer anget manjelma
Lan menep takon sajroning dhadha
Kuwi lho yen wis garise maha kuwasa
Kang mestine dipuja aja nganti sirna
Ngayogyakarta, 27 Desember 2003
TRESNA
(Trep ing rasa)
Sajatine thukule trisna
Tenan ra bisa dipeksa
Ning metu saka aluse rasa
Sing aleman nastiti menjelma
Lan trep tekane dhadha
Mula padha rumangsa a
Kuwi ukume alam dunya
Kang uga sumeleh ditampa
Sarampunge umur jagat raya
Ngayogyakarta, 28 Desember 2003
KANGEN
(Kangelan ilang saben dinten)
Lumetese ruh jalaran kangen
Iku bisane mung dingen ngen
Karo saka tresna sing kalelepen
Mulo bukaen ati lan pikiren
Yen kangelan ngayomi saben dinten
Saengga apik gematine kayata inten
Pramila bok ya dipun eklasaken
Uga kalbu boten kalarakaken kapinten pinten
Ngayogyakarta, 01 Januari 2004
“Tidak ada yang tidak bisa kita pelajari kecuali jika kita malas untuk mempelajarinya”(Ahmade’)
Kami hanya ingin sedikit memberitahukan kepada khalayak ramai bahwa setiap kata bahwa kalimat yang berbahasa jawa pasti mempunyai makna dan artikulasi tentang kehidupan di dunia ini, mungkin orang luar jawa akan terkagum-kagum melihat para leluhur jawa yang mempunyai filosofi tersendiri dari setiap bahasa yang mereka keluarkan, kami mencoba mengambil dari “kumpulan sajak dan geguritan Handoyo Wibowo”, darisini kita bisa memahami huruf perhuruf kemudian kata perkata yang kemudian artikulasinya kami serahkan kepada para santri, yang mayoritas orang jawa. dalam kutipan atau ditulis ulang oleh Taufiq selaku pimred Yang kami temukan di almari kumpulan buku yang sudah tak terpakai yang hamper lusuh bahkan musnah. Semoga ada Manfaatnya… Amin.
KUWASA
(Kuwat lan Prakosa)
Kala katalenan ati jalaran rasa
Punapa iku kasebut anane tresna
Sing tenanan angel le endha
Maneh gematine akehe sasegoro
Malah luwih gedhe saka donya
Isih nggubet pijer anget manjelma
Lan menep takon sajroning dhadha
Kuwi lho yen wis garise maha kuwasa
Kang mestine dipuja aja nganti sirna
Ngayogyakarta, 27 Desember 2003
TRESNA
(Trep ing rasa)
Sajatine thukule trisna
Tenan ra bisa dipeksa
Ning metu saka aluse rasa
Sing aleman nastiti menjelma
Lan trep tekane dhadha
Mula padha rumangsa a
Kuwi ukume alam dunya
Kang uga sumeleh ditampa
Sarampunge umur jagat raya
Ngayogyakarta, 28 Desember 2003
KANGEN
(Kangelan ilang saben dinten)
Lumetese ruh jalaran kangen
Iku bisane mung dingen ngen
Karo saka tresna sing kalelepen
Mulo bukaen ati lan pikiren
Yen kangelan ngayomi saben dinten
Saengga apik gematine kayata inten
Pramila bok ya dipun eklasaken
Uga kalbu boten kalarakaken kapinten pinten
Ngayogyakarta, 01 Januari 2004
“Tidak ada yang tidak bisa kita pelajari kecuali jika kita malas untuk mempelajarinya”(Ahmade’)
Cinta Sekejap, Penambah Semangat
Oleh: …..Anntobuu
Hati Terasa putus ku ingatmu
Rasa Tak kuat ditolak cintamu
Walau ku bukan pilihan idaman
Ku tetap kuat sepanjang zaman
Ialah pemuda idaman
Sekejap asa tiada lihat
Tertolak cinta tiada tercengang
Hasrat semakin geliat
Hati Terasa putus ku ingatmu
Rasa Tak kuat ditolak cintamu
Walau ku bukan pilihan idaman
Ku tetap kuat sepanjang zaman
Ialah pemuda idaman
Sekejap asa tiada lihat
Tertolak cinta tiada tercengang
Hasrat semakin geliat
OSAMA bukan bin LADEN
Pria kelahiran Palembang yang saat ini masih menempuh kuliah di salah satu universitas negeri ternama di Yogyakarta ini adalah salah satu di antara sekian banyak santri yang tergolong mempunyai charisma dan aura yang terbilang beda plus unik. Betapa tidak, dari segi performance, idola kita ini berperawakan tinggi besar dan kekar. Inilah yang kemudian menjadikan beberapa teman santri yang belum kenal dekat dengan dia ketika berpapasan atau sekedar melihat akan sedikit merasa takut n grogi lantaran penampilannya. Padahal di balik tubuh kekar n wajah yang terkesan angker,….he he he (kuburan kale….!) di dalamnya tersimpan kepribadian halus nan ramah.
Mau tau ga? Siapa sich idola kita edisi kali ini? Dia bernama lengkap KHOLID ALI USAMAH. Karena namanya yang tersusun dari tiga kalimat, ia pun mempunyai banyak nama panggilan. Di lingkungan pondok misalnya, ia terkadang di panggil dengan nama Kholid, ada juga yang memanggil Usamah, di lingkungan sekolahnya dulu ia populer dengan panggilan Ali atau Aliong, Bahkan saat ini beberapa teman-teman santri ada yang memanggilnya dengan sebutan Suko. Entah mengapa ia bisa dipanggil demikian dan apa maksud dari panggilan akrab tersebut, untuk sementara pertanyaan itu belum bisa dijawab. Di antara sekian banyak nama dan julukannya, yang paling menarik untuk di bahas adalah nama belakangnya itu loh yang mirip salah satu tokoh kelompok al Qaedah. Tau kan? Kalo gak tau, ya kebangeten n pasti jarang baca koran. Iya kan? Nggak usah ngaku udah kelihatan kok dari posisi anda yang saat ini membaca tulisan ini dengan mata melotot.
Semua pasti pernah mendengar nama Osama bin Laden. Dia adalah salah seorang tokoh internasional yang paling dicari lantaran keterlibatannya dengan aksi terorisme, lantas Osama local yang menjadi artis kita kali ini apakah juga termasuk dalam deretan tokoh-tokoh yang paling dicari? Jawabannya adalah kemungkinan iya. Mengapa demikian, sebab Osama kita ini orangnya unik, lucu n humoris. Nah karena beberapa sifat inilah teman-teman santri banyak yang mencarinya untuk sekedar ngobrol, curhat ataupun ngopi bersama.
Ngomong-ngomong soal pendidikan, cowok asli Palembang ini ternyata semasa aliyah, dia ngambil jurusan bahasa n dia juga sempat belajar bahasanya pemain bola legendaries Zinedine Zidane loh…….! Jadi kalo pembaca setia As-sibaq pengen belajar bahasa Prancis, bisa langsung kontak ke Nomor HPnya. Bagi pembaca yang belum tau nomornya, disarankan untuk berusaha mencari sendiri soalnya As-sibaq nggak akan mencantumkan nomor tersebut di rubric ini lantaran takut nglanggar kode etik jurnalistik santri. Bisa-bisa As-sibaq dimeja hijaukan gara-gara masalah ini. Ya nggak?
Dalam kesehariannya, artis kita ini dikenal mempunyai kepribadian yang baik, humoris, srawongan, tak pilih-pilih teman, gak gampang nesu, selalu sumeh dll. Yang gak kalah penting dan unik adalah kebiasaannya yang selalu elus elus rambut sirahe teman tatkala tidur. Kok iso?? Maksude opo?? Gini ceritanya, usut punya usut ternyata kebiasaan elus elus rambut tersebut sudah bawaan sejak kecil. Semasa kecilnya ia selalu bobo di temani ibunda tercinta, nah secara tidak sadar tangannya bergerak menuju kepala sang bunda -saking sayangnya mungkin- lantas iapun megnelus elus mustaka ibundanya. Kebiasaan tersebut sampai sekarang pun kadang-kadang masih terjadi, banyak teman sekamarnya yang kebetulan tidur bersebelahan menjadi korban elusan dan belaian lembut dari idola kita ini. Hii…. Ngeri banget tuch! Bahkan salah satu crew As sibaq pernah jadi salah satu korbannya loh…!Eit tapi jangan takut elusannya tuh gak da maksud lain kecuali sekedar sebagai bentuk perwujudan rasa sayangnya pada seorang teman.
Penting untuk diketahui oleh pembaca, bahwa cowok maniez ini kalo kuliah selalu mengendarai kuda, tapi kudanya kuda besi cah, mosok kuda tenanan, angel ngrawate now…! Lah kudanya ini loh yang sangar, merknya Honda tiger –sak pondok ra ono seng ngembari- elok to??
Sekedar informasi, jika teman-teman santri berminat untuk mengenalnya lebih dekat, bisa langsung sowan ke kamar A5, kamar yang belum lama ia huni. Sebelumnya ia pernah singgah di kamar B3 yang sekarang tinggal kenangan dan sudah almarhum karena menjadi korban penggusuran. Syaratnya nggak sulit-sulit amat kok. Nggak perlu bawa gula ataupun kopi, yang penting anda tersenyum saat sowan ke kamarnya sebab idola kita ini sangat suka dengan senyuman. Yang penting anda jangan tersenyum terus ntar capek, dan fatalnya lagi jika anda selalu tesenyum tanpa sebab berarti kesehatan anda perlu dipertanyakan.(El_Ch)
Mau tau ga? Siapa sich idola kita edisi kali ini? Dia bernama lengkap KHOLID ALI USAMAH. Karena namanya yang tersusun dari tiga kalimat, ia pun mempunyai banyak nama panggilan. Di lingkungan pondok misalnya, ia terkadang di panggil dengan nama Kholid, ada juga yang memanggil Usamah, di lingkungan sekolahnya dulu ia populer dengan panggilan Ali atau Aliong, Bahkan saat ini beberapa teman-teman santri ada yang memanggilnya dengan sebutan Suko. Entah mengapa ia bisa dipanggil demikian dan apa maksud dari panggilan akrab tersebut, untuk sementara pertanyaan itu belum bisa dijawab. Di antara sekian banyak nama dan julukannya, yang paling menarik untuk di bahas adalah nama belakangnya itu loh yang mirip salah satu tokoh kelompok al Qaedah. Tau kan? Kalo gak tau, ya kebangeten n pasti jarang baca koran. Iya kan? Nggak usah ngaku udah kelihatan kok dari posisi anda yang saat ini membaca tulisan ini dengan mata melotot.
Semua pasti pernah mendengar nama Osama bin Laden. Dia adalah salah seorang tokoh internasional yang paling dicari lantaran keterlibatannya dengan aksi terorisme, lantas Osama local yang menjadi artis kita kali ini apakah juga termasuk dalam deretan tokoh-tokoh yang paling dicari? Jawabannya adalah kemungkinan iya. Mengapa demikian, sebab Osama kita ini orangnya unik, lucu n humoris. Nah karena beberapa sifat inilah teman-teman santri banyak yang mencarinya untuk sekedar ngobrol, curhat ataupun ngopi bersama.
Ngomong-ngomong soal pendidikan, cowok asli Palembang ini ternyata semasa aliyah, dia ngambil jurusan bahasa n dia juga sempat belajar bahasanya pemain bola legendaries Zinedine Zidane loh…….! Jadi kalo pembaca setia As-sibaq pengen belajar bahasa Prancis, bisa langsung kontak ke Nomor HPnya. Bagi pembaca yang belum tau nomornya, disarankan untuk berusaha mencari sendiri soalnya As-sibaq nggak akan mencantumkan nomor tersebut di rubric ini lantaran takut nglanggar kode etik jurnalistik santri. Bisa-bisa As-sibaq dimeja hijaukan gara-gara masalah ini. Ya nggak?
Dalam kesehariannya, artis kita ini dikenal mempunyai kepribadian yang baik, humoris, srawongan, tak pilih-pilih teman, gak gampang nesu, selalu sumeh dll. Yang gak kalah penting dan unik adalah kebiasaannya yang selalu elus elus rambut sirahe teman tatkala tidur. Kok iso?? Maksude opo?? Gini ceritanya, usut punya usut ternyata kebiasaan elus elus rambut tersebut sudah bawaan sejak kecil. Semasa kecilnya ia selalu bobo di temani ibunda tercinta, nah secara tidak sadar tangannya bergerak menuju kepala sang bunda -saking sayangnya mungkin- lantas iapun megnelus elus mustaka ibundanya. Kebiasaan tersebut sampai sekarang pun kadang-kadang masih terjadi, banyak teman sekamarnya yang kebetulan tidur bersebelahan menjadi korban elusan dan belaian lembut dari idola kita ini. Hii…. Ngeri banget tuch! Bahkan salah satu crew As sibaq pernah jadi salah satu korbannya loh…!Eit tapi jangan takut elusannya tuh gak da maksud lain kecuali sekedar sebagai bentuk perwujudan rasa sayangnya pada seorang teman.
Penting untuk diketahui oleh pembaca, bahwa cowok maniez ini kalo kuliah selalu mengendarai kuda, tapi kudanya kuda besi cah, mosok kuda tenanan, angel ngrawate now…! Lah kudanya ini loh yang sangar, merknya Honda tiger –sak pondok ra ono seng ngembari- elok to??
Sekedar informasi, jika teman-teman santri berminat untuk mengenalnya lebih dekat, bisa langsung sowan ke kamar A5, kamar yang belum lama ia huni. Sebelumnya ia pernah singgah di kamar B3 yang sekarang tinggal kenangan dan sudah almarhum karena menjadi korban penggusuran. Syaratnya nggak sulit-sulit amat kok. Nggak perlu bawa gula ataupun kopi, yang penting anda tersenyum saat sowan ke kamarnya sebab idola kita ini sangat suka dengan senyuman. Yang penting anda jangan tersenyum terus ntar capek, dan fatalnya lagi jika anda selalu tesenyum tanpa sebab berarti kesehatan anda perlu dipertanyakan.(El_Ch)
UltahDes.. 08'
Horeee! Ada yang ulang tahun lagi!
M. Nur Syahid B.
1 Desember 1994
Eko Prayoga
3 Desember 1994
Andri Irawan
6 Desember 1990
Jajang Husni Hidayat
7 Desember 1985
Reza Ali Ashar
7 Desember 1987
Jihan Ali Ashar
7 Desember 1987
Ali Tsulasi H.
7 Desember 1989
Lathif Fathoni
11 Desember 1989
Arya Damar
13 Desember 1994
Lutfi Almohdzami
14 Desember 1991
Syarif Hidayatulloh
18 Desember 1989
M. Fahmi
18 Desember 1989
Mahmudin Ridlo
20 Desember 1992
Ali Yasin
26 Desember 1988
Selamat ulang tahun kepada teman-teman santri yang pada bulan ini “kebetulan” lahir beberapa tahun yang lalu, semoga panjang umur, murah rizki de el el. Ojo lali syukurane… .
adm-
M. Nur Syahid B.
1 Desember 1994
Eko Prayoga
3 Desember 1994
Andri Irawan
6 Desember 1990
Jajang Husni Hidayat
7 Desember 1985
Reza Ali Ashar
7 Desember 1987
Jihan Ali Ashar
7 Desember 1987
Ali Tsulasi H.
7 Desember 1989
Lathif Fathoni
11 Desember 1989
Arya Damar
13 Desember 1994
Lutfi Almohdzami
14 Desember 1991
Syarif Hidayatulloh
18 Desember 1989
M. Fahmi
18 Desember 1989
Mahmudin Ridlo
20 Desember 1992
Ali Yasin
26 Desember 1988
Selamat ulang tahun kepada teman-teman santri yang pada bulan ini “kebetulan” lahir beberapa tahun yang lalu, semoga panjang umur, murah rizki de el el. Ojo lali syukurane… .
adm-
Request Des.. 08' II
Diminta memberi itu biasa, tapi tidak diminta tetap memberi itulah yang luar biasa. Itulah yang mendorong kami untuk mencantumkan lagu milik band pendatang baru pemilik single ‘Suara’ pada edisi kali ini. Yups! Benar sekali, Hijau Daun. Walaupun tak ada yang ngrequest lagu ini, namun kami pikir kami perlu menyuguhkan kepada anda pembaca budiman, mengingat masih seringnya kita mendengar santri-santri nyanyinya pas reff-nya saja. Itupun nggak bener.
Coba saja bayangin, akan kami contohin:
Suara dengarkanlah aku
Apa kabar dunia bila kau tak di sampingku
Apa kabar dunia, bila kau tak bersamaku
Kan nggak wagu kalau nyanyinya sudah fals bin sumbang sekali, eh … liriknya juga salah pisan. Pokoknya kami berharap lagu-lagu yang sering ngelantur dari satu judul ke judul yang lain sudah nggak ada lagi setelah ini. Kami takut anda dituntut oleh ‘Hijau Daun’ karena dikira menyelewengkan lagu yang sudah susah-payah mereka ciptakan. Tak usah banyak komentar, langsung saja kami suguhkan.
Suara ‘di sini aku menunggu’
Hijau Daun
Disini aku masih sendiri
Merenungi hari-hari sepi
Aku tanpamu … masih tanpamu
Bila esok hari datang lagi
Ku coba tuk hadapi semua ini
Meski tanpamu meski tanpamu
Bila aku dapat bintang yang berpijar
Mentari yang tenang bersamaku disini
Ku dapat tertawa menangis merenung
Di tempat ini aku bertahan
Suara dengarkanlah aku
Apa kabarnya pujaan hatiku
Aku disini menunggunya
Masih berharap didakam hatinya
Suara dengarkanlah aku
Apakah aku slalu dihatinya
Aku disini menunggunya
Masih berharap di dalam hatinya
Dan aku masih tetap disini
Melewati semua yang terjadi
Aku menunggumu … aku menunggumu
Jika kejahatan dibalas dengan kejahatan, maka itu adalah dendam. Jika kebaikan dibalas dengan kebaikan, itu adalah perkara biasa. Jika kebaikan dibalas kejahatan, itu adalah dzalim. Tapi jika kejahatan dibalas kebaikan, itu adalah mulia dan terpuji.
Bila kita mengisi hati kita dengan penyesalan untuk masa lalu dan kehawatiran untuk masa depan, kita tak memiliki hari ini untuk kita syukuri.
Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kehilangannya.
Kita tidak akan memiliki seorang teman, jika kita mengharapkan seseorang tanpa kesalahan. Karena semua manusia itu baik kalau kita bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kita bisa melihat keunikannya. Tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kita tidak bisa melihat keduanya.
Buka mata kita lebar-lebar sebelum menikah, dan biarkan mata kita setengah terpejam sesudahnya.
Kenangan indah masa lalu hanya untuk dikenang, bukan untuk diingat terus-menerus.
Rasa takut bukan untuk dinikmati, tetapi untuk dihadapi.
Coba saja bayangin, akan kami contohin:
Suara dengarkanlah aku
Apa kabar dunia bila kau tak di sampingku
Apa kabar dunia, bila kau tak bersamaku
Kan nggak wagu kalau nyanyinya sudah fals bin sumbang sekali, eh … liriknya juga salah pisan. Pokoknya kami berharap lagu-lagu yang sering ngelantur dari satu judul ke judul yang lain sudah nggak ada lagi setelah ini. Kami takut anda dituntut oleh ‘Hijau Daun’ karena dikira menyelewengkan lagu yang sudah susah-payah mereka ciptakan. Tak usah banyak komentar, langsung saja kami suguhkan.
Suara ‘di sini aku menunggu’
Hijau Daun
Disini aku masih sendiri
Merenungi hari-hari sepi
Aku tanpamu … masih tanpamu
Bila esok hari datang lagi
Ku coba tuk hadapi semua ini
Meski tanpamu meski tanpamu
Bila aku dapat bintang yang berpijar
Mentari yang tenang bersamaku disini
Ku dapat tertawa menangis merenung
Di tempat ini aku bertahan
Suara dengarkanlah aku
Apa kabarnya pujaan hatiku
Aku disini menunggunya
Masih berharap didakam hatinya
Suara dengarkanlah aku
Apakah aku slalu dihatinya
Aku disini menunggunya
Masih berharap di dalam hatinya
Dan aku masih tetap disini
Melewati semua yang terjadi
Aku menunggumu … aku menunggumu
Jika kejahatan dibalas dengan kejahatan, maka itu adalah dendam. Jika kebaikan dibalas dengan kebaikan, itu adalah perkara biasa. Jika kebaikan dibalas kejahatan, itu adalah dzalim. Tapi jika kejahatan dibalas kebaikan, itu adalah mulia dan terpuji.
Bila kita mengisi hati kita dengan penyesalan untuk masa lalu dan kehawatiran untuk masa depan, kita tak memiliki hari ini untuk kita syukuri.
Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kehilangannya.
Kita tidak akan memiliki seorang teman, jika kita mengharapkan seseorang tanpa kesalahan. Karena semua manusia itu baik kalau kita bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kita bisa melihat keunikannya. Tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kita tidak bisa melihat keduanya.
Buka mata kita lebar-lebar sebelum menikah, dan biarkan mata kita setengah terpejam sesudahnya.
Kenangan indah masa lalu hanya untuk dikenang, bukan untuk diingat terus-menerus.
Rasa takut bukan untuk dinikmati, tetapi untuk dihadapi.
Request Des.. 08' I
Lagi-lagi masih saja banyak santri yang ketika menyanyi hanya dengan siul atau tepuk-tepuk atau mantuk-mantuk saja, atau paling banter nyanyi reff-nya saja. Maka dari keprihatinan itu muncullah rubric ini. Silahkan bagi siapa saja yang kepingin nge-request lagu apa saja yang diinginkan, kemudian kami akan mencarikan teksnya dengan jelas, jadi sambil disamping radio depannya kopi serta rokok djarum, bisa sambil membaca atau menghafalkanya. Nanti kalau sudah hafal bisa bisa diamalkan di depan teman-teman atau sambil muthola’ah. Siapa tahu dengan hafalnya lagu yang di senengin bisa nambah semangat ngajinya.
Untuk satu yang kemudian harus tercerai-berai,
‘tak ada yang abadi di sini,
pertemuanku dengannya, pertemuanku denganmu , pertemuan kita,
pertemuanku dengan kalian, bahkan pertemuanku dengan aku.
Jika saja tak disandarkan kepada Zat Yang Maha Abadi,
lalu untuk apa kefanaan jasad ini,
akankah ada setetes guna yang mengalir dalam darah’.
Kepadanya atau mereka, atau bahkan kalian, ku requestkan lagu milik Peterpan yang menyedihkan dan termehek-mehek ini. Ambil MP3, pejamkan mata lalu hayati apa yang terkandung di dalamnya. Kalo b’lom apal, baca teks ini lalu kembali mendengarkan MP3. Sumonggo …
Walau Habis Terang
Ku tak biasa tersenyum tenang
walau a a a a hatiku menangis
Kaulah cerita tertulis dengan pasti
selamanya dalam fikiranku
Peluk tubuhku untuk sejenak
dan biarkan kita memudar dalam kasih
Biarkan semua seperti seharusnya
tak kan pernah menjadi milikku
Lepaskan semua tinggalkan ini
Ku kan tenang dan kau kan pergi
Berjalanlah walau habis terang
Ambil cahaya cintaku terangi jalanmu
Diantara beribu lainnya kau tetap
kau tetap benderang
Dari : Masrur
Buat : semua temen-temen sekamar yang cool abis.
Ucapannya : met berantem dan met gojlog2an. Aku ngrequest lagu barat biar kalian nggak katrok dan kuper kaya kutu kupret. Mbok kali2 denger lagu yang bukan bahasa kita. Meski tak tahu artinya, yang penting casingnya meyakinkan ….!
Helloween - Forever And One
What can I do?
Will I be getting through?
Now that I must try to leave it all behind
Did you see what you have done to me?
So hard to justify
Slowly it's passing by
Forever and one
I will miss you
However, I kiss you
Yet again
Way down in Neverland
So hard I was trying
Tomorrow I'll still be crying
How could you hide your lies
Your lies
Here I am
Seeing you once again
My mind's so far away
My heart's so close to stay
Too proud to fight
I'm walking back into night
Will I ever find someone to believe?
Forever and one
I will miss you
However, I kiss you
Yet again
Way down in Neverland
So hard I was trying
Tomorrow I'll still be crying
How could you hide your lies
Your lies
Untuk satu yang kemudian harus tercerai-berai,
‘tak ada yang abadi di sini,
pertemuanku dengannya, pertemuanku denganmu , pertemuan kita,
pertemuanku dengan kalian, bahkan pertemuanku dengan aku.
Jika saja tak disandarkan kepada Zat Yang Maha Abadi,
lalu untuk apa kefanaan jasad ini,
akankah ada setetes guna yang mengalir dalam darah’.
Kepadanya atau mereka, atau bahkan kalian, ku requestkan lagu milik Peterpan yang menyedihkan dan termehek-mehek ini. Ambil MP3, pejamkan mata lalu hayati apa yang terkandung di dalamnya. Kalo b’lom apal, baca teks ini lalu kembali mendengarkan MP3. Sumonggo …
Walau Habis Terang
Ku tak biasa tersenyum tenang
walau a a a a hatiku menangis
Kaulah cerita tertulis dengan pasti
selamanya dalam fikiranku
Peluk tubuhku untuk sejenak
dan biarkan kita memudar dalam kasih
Biarkan semua seperti seharusnya
tak kan pernah menjadi milikku
Lepaskan semua tinggalkan ini
Ku kan tenang dan kau kan pergi
Berjalanlah walau habis terang
Ambil cahaya cintaku terangi jalanmu
Diantara beribu lainnya kau tetap
kau tetap benderang
Dari : Masrur
Buat : semua temen-temen sekamar yang cool abis.
Ucapannya : met berantem dan met gojlog2an. Aku ngrequest lagu barat biar kalian nggak katrok dan kuper kaya kutu kupret. Mbok kali2 denger lagu yang bukan bahasa kita. Meski tak tahu artinya, yang penting casingnya meyakinkan ….!
Helloween - Forever And One
What can I do?
Will I be getting through?
Now that I must try to leave it all behind
Did you see what you have done to me?
So hard to justify
Slowly it's passing by
Forever and one
I will miss you
However, I kiss you
Yet again
Way down in Neverland
So hard I was trying
Tomorrow I'll still be crying
How could you hide your lies
Your lies
Here I am
Seeing you once again
My mind's so far away
My heart's so close to stay
Too proud to fight
I'm walking back into night
Will I ever find someone to believe?
Forever and one
I will miss you
However, I kiss you
Yet again
Way down in Neverland
So hard I was trying
Tomorrow I'll still be crying
How could you hide your lies
Your lies
Bajigur
Untuk kamu yang suka ngopi, sekali-sekali bisa nyoba campur kopi itu dengan sesuatu, mulai dari yang normal-normal seperti campur dengan susu jadi Kopi Susu, campur dengan susu dan cokelat, jadi Kopi Mocca, campur dengan jahe, jadi Kopi Jahe, atau yang agak ekstrem… .dengan jeruk nipis misalnya, akan jadi Kopi Kemaren, ganti gulanya dengan madu, jadi Kopi Madu, atau tambah kopi dengan kayu manis jadi Kopi Kayu Manis, campur dengan areng (mowo) jadi Kopi Joss… (konon bisa menyembuhkan sakit perut, tapi mungkin kalo nggak cocok malah sakit perut, tapi kenyataannya laku keras di jual di Jogja).. Coba sensasi rasa nya.. . Selain itu, kamu bisa juga mencoba resep yang biasanya qta ucapkan saat qta sedang mangkel, sebel, de el el. Yaitu BAJIGUR, berikut resepnya:
Bajigur
adalah minuman khas Indonesia dari daerah Jawa Barat. Minuman ini biasa dijual dengan menggunakan gerobak yang menyertakan kompor sebab minuman ini lebih enak bila diminum dalam keadaan hangat. Bajigur sering diminum pada sore hari apalagi di hari yang hujan. Makanan yang sering dihidangkan bersama bajigur adalah pisang rebus dan kacang rebus.
Resep yang biasa dipakai dalam membuat bajigur adalah sebagai berikut:
Bahan
5 sendok teh kopi.
¼ sendok teh garam.
125 cc sirup gula jawa.
750 cc santan dari ½ butir kelapa.
1 bungkus vanili.
150 gram buah atep (kolang-kaling), dicuci bersih dan diiris tipis memanjang, direbus hingga matang.
Cara membuat
Campur kopi, garam, gula jawa dan santan, lalu aduk rata. Kemudian masak campuran ini sambil diaduk-aduk sampai mendidih dengan api sedang. Tambahkan vanili. Masukkan irisan buah atep yang sudah lunak dan matang. Aduk rata. Angkat dan hidangkan panas-panas dalam cangkir/gelas dengan pisang rebus atau kacang rebus. –adm-
Bajigur
adalah minuman khas Indonesia dari daerah Jawa Barat. Minuman ini biasa dijual dengan menggunakan gerobak yang menyertakan kompor sebab minuman ini lebih enak bila diminum dalam keadaan hangat. Bajigur sering diminum pada sore hari apalagi di hari yang hujan. Makanan yang sering dihidangkan bersama bajigur adalah pisang rebus dan kacang rebus.
Resep yang biasa dipakai dalam membuat bajigur adalah sebagai berikut:
Bahan
5 sendok teh kopi.
¼ sendok teh garam.
125 cc sirup gula jawa.
750 cc santan dari ½ butir kelapa.
1 bungkus vanili.
150 gram buah atep (kolang-kaling), dicuci bersih dan diiris tipis memanjang, direbus hingga matang.
Cara membuat
Campur kopi, garam, gula jawa dan santan, lalu aduk rata. Kemudian masak campuran ini sambil diaduk-aduk sampai mendidih dengan api sedang. Tambahkan vanili. Masukkan irisan buah atep yang sudah lunak dan matang. Aduk rata. Angkat dan hidangkan panas-panas dalam cangkir/gelas dengan pisang rebus atau kacang rebus. –adm-
IDUL ADHA FIL MA’HAD
Allahu Akbar…Allahu akbar…Allahu akbar Laa ila ha illallah Huwallahu akbar Allahu akbar Walillahil Hamd. Gema suara takbir para santri mengalun merdu di masjid Al-Faruq. Dengan semangat 45 mereka mengerahkan segenap kemampuan untuk mengeluarkan suara takbir. Tak peduli tenggorokan kering dan kantuk yang menyerang mata. Semalam suntuk tak henti-hentinya takbir berkumandang, mengingat akan kebesaran sang Khaliq.
Di tempat lain, beberapa santri lainnya memilih duduk manis di depan televisi berukuran 21 inch. Sorak soraipun terdengar jelas. Malam itu memang kebetulan acara tvnya menarik. Acara yang paling ditunggu-tunggu kang-kang santri, ya apalagi kalau bukan tayangan live sepak bola. Saat itu tim yang bermain adalah timnas Indonesia berhadapan dengan timnas Kamboja yang akhirnya dimenangkan tim nasional kita dengan skor cukup telak 4-0. Itulah gambaran dua suasana di pondok yang tampak kontras. Kendati demikian ber idul adha di pondok menyisakan kesan tersendiri bagi para santri. Tak seperti malam idul fitri, Malam idul adha di pondok masih dipenuhi para santri. Jumlah teman-teman santri yang lebih memilih pulang kampung tak sebanyak yang berada di pondok.
Walaupun suasana pondok pada malam itu tak terlihat sepi, masih ada beberapa santri yang merasa kesepian dan teringat keluarga di kampung. “Wah kalo denger suara takbiran kayak gini, aku jadi teringat rumah, rasanya pengen balik” ujar salah seorang santri asal jabar ini. Ketika ditanya alasan mengapa ia tidak pulang, ia menjawab “ Tanggung banget soalnya kampusnya kan Cuma libur sehari doank, jadi ya dengan agak terpaksa aku nggak pulang”. Komentar lain dilontarkan santri asal magelang, ketika ditanya mengenai hal yang sama ia menjawab “ lah aku nek idul adha neng omah, ra seru tur sepi soale biasane neng desoku seng korban meng wong siji, otomatis weduse yo siji.” Sedangkan di pondok, seperti yang kita tahu, tercatat 1 (satu) sapi dan 9 (sembilan) kambing pada ronde pertama yaitu pada hari-H idul Adha dan dilanjutkan 3 (tiga) kambing pada ronde ke dua pada hari tasyrik ke dua. Totalnya bisa di hitung sendiri.
Sholat idul adha memang sempat diwarnai dengan hujangerimis ditengah dinginnya pagi yang mencubit kulit. Tapi tetap saja masjid dipenuhi orang-orang yang hendak melakukan shalat yang dilakukan setahun sekali itu. Walaupun banyak santri yang pulag, setidaknya suasana masjid tidak kalah dengan suasana ketika shalat Jumat. Kesemarakan juga terlihat di dapur depan komplek C yang pada saat pekerjaan potong memotong daging hampir selesai, dikupas dua butir kelapa muda untuk diminum airnya dan dimakan dagingnya. Tulang belulang yang dagingnya tinggal secuil di masak tanpa bumbu dan ternyata habis di santap para santri. Selain itu juga kepala beberapa kambing di bakar. Entah bumbunya apa. Tercatat kurang lebih santri putra, putri baik itu pelajar ataupun mahasiswa sejumlah kurang lebih 250 orang.
Pagi itu, pada saat prosesi penyembelihan hewan qurban akan dilaksanakan memang hujan turun rintik-rintik. Jadi panitia berinisiatif untuk memasang terpal diatas tempat penyembelihan. Tapi tak lama setelah terpal terpasang, ternyata hujan gerimis sudah berhenti. Ow, ya, tidak kalah seru dalam pencucian jeroan hewan qurban itu, jeroan yang diantaranya adalah usus dan anduk (babat) itu dicuci di sungai yang juga telah banyak orang juga melakukan hal yang sama. Sungaipun berubah warna menjadi kehijau-hijauan. Jika ada kotoran yang terapung dari atas, ada yang mengkomando, “ minggir minggir… ono tai”.
Sore hari yang dilanjutkan lagi dengan hujan gerimis tetap meriah dengan para santri yang nyunduki daging jatah yang diperolehnya dengan bilah bamboo kecil untuk disate. Tempat pembakaranyapun cukup unik. Diprakarsai oleh kang Pepi, tempat areng untuk memanggang sate terbuat dari seng yang dipotong dan dilipat sedemikian rupa sampai akhirnya menjadi tempat nangkringnya potongan daging yang berjajar. Bumbu untuk sate diambil dari santri putri, terdiri dari kecap, irisan bawang-brambang-lombok, dan beberapa buah sambal kacang yang telah dibungkus plastik.
Allahu Akbar…Allahu akbar…Allahu akbar Laa ila ha illallah Huwallahu akbar Allahu akbar Walillahil Hamd –adm,If,el-Ch-
Di tempat lain, beberapa santri lainnya memilih duduk manis di depan televisi berukuran 21 inch. Sorak soraipun terdengar jelas. Malam itu memang kebetulan acara tvnya menarik. Acara yang paling ditunggu-tunggu kang-kang santri, ya apalagi kalau bukan tayangan live sepak bola. Saat itu tim yang bermain adalah timnas Indonesia berhadapan dengan timnas Kamboja yang akhirnya dimenangkan tim nasional kita dengan skor cukup telak 4-0. Itulah gambaran dua suasana di pondok yang tampak kontras. Kendati demikian ber idul adha di pondok menyisakan kesan tersendiri bagi para santri. Tak seperti malam idul fitri, Malam idul adha di pondok masih dipenuhi para santri. Jumlah teman-teman santri yang lebih memilih pulang kampung tak sebanyak yang berada di pondok.
Walaupun suasana pondok pada malam itu tak terlihat sepi, masih ada beberapa santri yang merasa kesepian dan teringat keluarga di kampung. “Wah kalo denger suara takbiran kayak gini, aku jadi teringat rumah, rasanya pengen balik” ujar salah seorang santri asal jabar ini. Ketika ditanya alasan mengapa ia tidak pulang, ia menjawab “ Tanggung banget soalnya kampusnya kan Cuma libur sehari doank, jadi ya dengan agak terpaksa aku nggak pulang”. Komentar lain dilontarkan santri asal magelang, ketika ditanya mengenai hal yang sama ia menjawab “ lah aku nek idul adha neng omah, ra seru tur sepi soale biasane neng desoku seng korban meng wong siji, otomatis weduse yo siji.” Sedangkan di pondok, seperti yang kita tahu, tercatat 1 (satu) sapi dan 9 (sembilan) kambing pada ronde pertama yaitu pada hari-H idul Adha dan dilanjutkan 3 (tiga) kambing pada ronde ke dua pada hari tasyrik ke dua. Totalnya bisa di hitung sendiri.
Sholat idul adha memang sempat diwarnai dengan hujangerimis ditengah dinginnya pagi yang mencubit kulit. Tapi tetap saja masjid dipenuhi orang-orang yang hendak melakukan shalat yang dilakukan setahun sekali itu. Walaupun banyak santri yang pulag, setidaknya suasana masjid tidak kalah dengan suasana ketika shalat Jumat. Kesemarakan juga terlihat di dapur depan komplek C yang pada saat pekerjaan potong memotong daging hampir selesai, dikupas dua butir kelapa muda untuk diminum airnya dan dimakan dagingnya. Tulang belulang yang dagingnya tinggal secuil di masak tanpa bumbu dan ternyata habis di santap para santri. Selain itu juga kepala beberapa kambing di bakar. Entah bumbunya apa. Tercatat kurang lebih santri putra, putri baik itu pelajar ataupun mahasiswa sejumlah kurang lebih 250 orang.
Pagi itu, pada saat prosesi penyembelihan hewan qurban akan dilaksanakan memang hujan turun rintik-rintik. Jadi panitia berinisiatif untuk memasang terpal diatas tempat penyembelihan. Tapi tak lama setelah terpal terpasang, ternyata hujan gerimis sudah berhenti. Ow, ya, tidak kalah seru dalam pencucian jeroan hewan qurban itu, jeroan yang diantaranya adalah usus dan anduk (babat) itu dicuci di sungai yang juga telah banyak orang juga melakukan hal yang sama. Sungaipun berubah warna menjadi kehijau-hijauan. Jika ada kotoran yang terapung dari atas, ada yang mengkomando, “ minggir minggir… ono tai”.
Sore hari yang dilanjutkan lagi dengan hujan gerimis tetap meriah dengan para santri yang nyunduki daging jatah yang diperolehnya dengan bilah bamboo kecil untuk disate. Tempat pembakaranyapun cukup unik. Diprakarsai oleh kang Pepi, tempat areng untuk memanggang sate terbuat dari seng yang dipotong dan dilipat sedemikian rupa sampai akhirnya menjadi tempat nangkringnya potongan daging yang berjajar. Bumbu untuk sate diambil dari santri putri, terdiri dari kecap, irisan bawang-brambang-lombok, dan beberapa buah sambal kacang yang telah dibungkus plastik.
Allahu Akbar…Allahu akbar…Allahu akbar Laa ila ha illallah Huwallahu akbar Allahu akbar Walillahil Hamd –adm,If,el-Ch-
Popok Basah, Menjadi Sampah?
Lagi-lagi urusan yang satu ini tak kunjung usai, setelah beberapa kali ada pengurus yang merelakan diri mengelondrikan pakaian-pakaian mangkrak yang ada di sekitar sumur dekat kamar C4, kini pakaian-pakaian itu bermunculan lagi. Malah jumlahnya bisa lebih banyak daripada yang dulu. Sungguh menjijikkan.
Popok-popok itu kalau diamat-amati sebenarnya ada penghuninya yang mbahu rekso, tapi seringkali sang pemilik itu malas untuk mencucinya. Dalam istilah kitab gebresnya yaitu ngende-ngende yang berakibat fatal, yaitu bisa-bisa lupa dan dibuat rumah para kodok dan bakteri-bakteri penyebar bintik-bintik hitam yang kalau dalam bahasa penulis yaitu endog kremo. Ada yang sama? He
Setelah berlama-lama mangkrak di sekitar sumur, maka bau yang tak sedap pun akan bermunculan. Akibatnya yang terkena dampak terparah adalah kamar C4 tentunya. Untung saja kamar ini tak punya jendela, karena konon katanya kamar ini dulu adalah gudang. Selanjutnya kamar-kamar sebelah utaranya yaitu komplek A bagian selatan.
Setelah bau yang tak sedap bermunculan, yang lebih parah lagi adalah komentar tak sedap dari para santri yang berdiam diri di sekitar lokasi sumur ketika ada seorang santri yang nyuci dengan kum-kuman cucian lebih dari satu pekan. Airnya itu lhoo yang menimbulkan bau seperti comberan tujuh sumber. Bacin! Kata-kata umpatan ples gojlogan yang membuat rendah diri dan minder tapi sejatinya sebagai penyemangat dan motivasi untuk meningkatkan daya cuci yang tinggipun keluar dari mulut-mulut licin mereka. Tanpa adanya komando yang menggerakkan.
Lalu bagaimana solusinya? Inilah sebenarnya yang mau kita rampungkan bersama. Ya kan?
Kalau tidak dari kesadaran kita masing-masing memang rasanya sulit menghilangkan kebiasaan seperti ini. Dan kesadaran itu membutuhkan latihan yang serius. Bayangkan pakaian kita adalah hasil jerih payah orangtua kita di rumah yang banting tulang sampai tak kenal waktu. Artinya, kalau kita membiarkan pakaian kita mangkrak yang bisa-bisa disemayamkan di Pokar (Pojok Karang) oleh santri yang piket, maka tulang orangtua kita akan habis karena dibanting terus. Padahal harga tulang lumayan mahal, kalau nggak percaya tanyalah di Ortopedhi.
Jika opsi yang pertama gagal, maka kita dapat melakukan alternative kedua. Yaitu dilondri dan dikasih di komplek biar yang merasa memiliki mengambilnya. Tapi harus dengan bayar! Dan tarifnya pun harus dua kali lipat, kan untuk bisyaroh orang-orang yang rela melondrikannya.
Opsi terakhir yaitu diikut sertakakan dalam baksos. Seperti di Gunung Kidul atau yang lainnya. Bukankah masih banyak yang membutuhkan baju layak pakai, tetapi mereka nggak memilikinya. Ini lebih bermanfaat dan membuat sumur kita menjadi bersih dan nyaman.
Akhirnya masalah yang kita hadapi harus kita selesaikan dengan segera. Kalau tidak, maka pondok bisa jadi ternak kodok.
Maaf, ketika nulis berita ini keadaan masih seperti deskripsi di atas. Namun sayang sekarang sudah bersih dan sudah terselesaikan masalahnya. Akhirnya walaupun belum terbit As-Sibaq sudah menginspirasi pembersihan itu. He… he … If
Popok-popok itu kalau diamat-amati sebenarnya ada penghuninya yang mbahu rekso, tapi seringkali sang pemilik itu malas untuk mencucinya. Dalam istilah kitab gebresnya yaitu ngende-ngende yang berakibat fatal, yaitu bisa-bisa lupa dan dibuat rumah para kodok dan bakteri-bakteri penyebar bintik-bintik hitam yang kalau dalam bahasa penulis yaitu endog kremo. Ada yang sama? He
Setelah berlama-lama mangkrak di sekitar sumur, maka bau yang tak sedap pun akan bermunculan. Akibatnya yang terkena dampak terparah adalah kamar C4 tentunya. Untung saja kamar ini tak punya jendela, karena konon katanya kamar ini dulu adalah gudang. Selanjutnya kamar-kamar sebelah utaranya yaitu komplek A bagian selatan.
Setelah bau yang tak sedap bermunculan, yang lebih parah lagi adalah komentar tak sedap dari para santri yang berdiam diri di sekitar lokasi sumur ketika ada seorang santri yang nyuci dengan kum-kuman cucian lebih dari satu pekan. Airnya itu lhoo yang menimbulkan bau seperti comberan tujuh sumber. Bacin! Kata-kata umpatan ples gojlogan yang membuat rendah diri dan minder tapi sejatinya sebagai penyemangat dan motivasi untuk meningkatkan daya cuci yang tinggipun keluar dari mulut-mulut licin mereka. Tanpa adanya komando yang menggerakkan.
Lalu bagaimana solusinya? Inilah sebenarnya yang mau kita rampungkan bersama. Ya kan?
Kalau tidak dari kesadaran kita masing-masing memang rasanya sulit menghilangkan kebiasaan seperti ini. Dan kesadaran itu membutuhkan latihan yang serius. Bayangkan pakaian kita adalah hasil jerih payah orangtua kita di rumah yang banting tulang sampai tak kenal waktu. Artinya, kalau kita membiarkan pakaian kita mangkrak yang bisa-bisa disemayamkan di Pokar (Pojok Karang) oleh santri yang piket, maka tulang orangtua kita akan habis karena dibanting terus. Padahal harga tulang lumayan mahal, kalau nggak percaya tanyalah di Ortopedhi.
Jika opsi yang pertama gagal, maka kita dapat melakukan alternative kedua. Yaitu dilondri dan dikasih di komplek biar yang merasa memiliki mengambilnya. Tapi harus dengan bayar! Dan tarifnya pun harus dua kali lipat, kan untuk bisyaroh orang-orang yang rela melondrikannya.
Opsi terakhir yaitu diikut sertakakan dalam baksos. Seperti di Gunung Kidul atau yang lainnya. Bukankah masih banyak yang membutuhkan baju layak pakai, tetapi mereka nggak memilikinya. Ini lebih bermanfaat dan membuat sumur kita menjadi bersih dan nyaman.
Akhirnya masalah yang kita hadapi harus kita selesaikan dengan segera. Kalau tidak, maka pondok bisa jadi ternak kodok.
Maaf, ketika nulis berita ini keadaan masih seperti deskripsi di atas. Namun sayang sekarang sudah bersih dan sudah terselesaikan masalahnya. Akhirnya walaupun belum terbit As-Sibaq sudah menginspirasi pembersihan itu. He… he … If
PROGRAM BARU PSDM
Baru-baru ini suasana kegiatan malam jumat di pondok putra terlihat beda dengan sebelumnya. Divisi PSDM, telah membuat program baru sebagai pelengkap dari kegiatan-kegiatan yang sudah ada yakni mujahadah, shalat tasbih, barzanji dan komplek mandiri.Program baru tersebut adalah kegiatan muhadlarah. Muhadlarah ini diisi dengan pidato empat bahasa yang meliputi bahasa local-tradisional yakni jawa, bahasa internasional-modern yakni inggris, bahasa nasional Indonesia dan terakhir adalah bahasa Al-quran yaitu bahasa Arab. Teknis pembagian tugasnya dilakukan secara bergilir dari kamar ke kamar. Tiap kali pertemuan, yang bertugas langsung dua kamar dan wajib mengirimkan empat delegasi untuk maju unjuk gigi.
Hari pertama pelaksanaan, suasana telihat gayeng. Kebetulan saat itu kamar yang bertugas adalah A1 dan A2. Namun sayang, kamar tersebut Cuma mengirimkan 3 delegasi yakni kang Farid arek jombang kebagian tugas pidato bahasa Indonesia, kang Aji Triyantopo bertugas pidato bahasa jawa dan kang Arif west prog diberi mandat untuk berpidato bahasa inggris, khusus untuk nama arif ini biasanya selalu di beri embel-embel panggilan untuk membedakan arif yang satu dengan yang lain mengingat nama arif di asrama mahasiswa sangat buanyak Sekalipun demikian suasana riuh dan gaduh tetap terjadi. Gojlokan terus dilancarkan oleh para santri yang menghadirinya. Tak pelak hal itu membuat bapak bapak pengurus agak jengkel. Pada sambutannya, Bpk Aris Sadzily selaku ketua umum menghimbau agar para santri tidak membuat gaduh dan ramai di dalam masjid.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya pelaksanan muhadlarah yang ke dua dilaksanakan di serambi masjid tidak di dalamnya. Kamar yang mendapat jatah untuk berpidato adalah kamar A5 dan A6. Kali ini kamar tersebut lengkap mengirimkan empat delegasinya yakni Erick santri asal LA yang punya nama keren, sesuai dengan namanya yang agak ke inggris-inggrisan, ia diberi tugas pidato bahasa inggris. Di saat tampil, kang Erick ini kebanjiran gojlok. Yang mengherankan adalah pada saat digojloki mukanya terlihat merah. Ini menandakan bahwa ia juga merasa minder n malu ketika digojlok, padahal biasanya kang Erick terkenal sebagai penggojlok yang paling ganas. Satu lagi delegasi dari kamar A5 dan A6 yang sangat menarik perhatian kang-kang santri, di adalah Kang Kukuh seorang santri baru CAKEB (cah kebumen). Ia membawakan pidato dalam bahasa jawa. Ketika nama kang kukuh dipanggil oleh sang pembawa acara untuk maju ke depan mimbar, spontan sorak sorai dan siulan nakal dari teman-teman santri pun saling bersahut-sahutan. Tak heran jika siulan nakal itu muncul dari mulut para santri, soalnya kang kukuh ini di kenal mempunyai suara yang sangat halus dan lemah gemulai.
Itulah sedikit gambaran suasana progam baru yang dicetuskan PSDM. Semoga dari pihak PSDM ke depan mampu membuat program-program baru lain yang lebih baik lagi.(El_ch)
Hari pertama pelaksanaan, suasana telihat gayeng. Kebetulan saat itu kamar yang bertugas adalah A1 dan A2. Namun sayang, kamar tersebut Cuma mengirimkan 3 delegasi yakni kang Farid arek jombang kebagian tugas pidato bahasa Indonesia, kang Aji Triyantopo bertugas pidato bahasa jawa dan kang Arif west prog diberi mandat untuk berpidato bahasa inggris, khusus untuk nama arif ini biasanya selalu di beri embel-embel panggilan untuk membedakan arif yang satu dengan yang lain mengingat nama arif di asrama mahasiswa sangat buanyak Sekalipun demikian suasana riuh dan gaduh tetap terjadi. Gojlokan terus dilancarkan oleh para santri yang menghadirinya. Tak pelak hal itu membuat bapak bapak pengurus agak jengkel. Pada sambutannya, Bpk Aris Sadzily selaku ketua umum menghimbau agar para santri tidak membuat gaduh dan ramai di dalam masjid.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya pelaksanan muhadlarah yang ke dua dilaksanakan di serambi masjid tidak di dalamnya. Kamar yang mendapat jatah untuk berpidato adalah kamar A5 dan A6. Kali ini kamar tersebut lengkap mengirimkan empat delegasinya yakni Erick santri asal LA yang punya nama keren, sesuai dengan namanya yang agak ke inggris-inggrisan, ia diberi tugas pidato bahasa inggris. Di saat tampil, kang Erick ini kebanjiran gojlok. Yang mengherankan adalah pada saat digojloki mukanya terlihat merah. Ini menandakan bahwa ia juga merasa minder n malu ketika digojlok, padahal biasanya kang Erick terkenal sebagai penggojlok yang paling ganas. Satu lagi delegasi dari kamar A5 dan A6 yang sangat menarik perhatian kang-kang santri, di adalah Kang Kukuh seorang santri baru CAKEB (cah kebumen). Ia membawakan pidato dalam bahasa jawa. Ketika nama kang kukuh dipanggil oleh sang pembawa acara untuk maju ke depan mimbar, spontan sorak sorai dan siulan nakal dari teman-teman santri pun saling bersahut-sahutan. Tak heran jika siulan nakal itu muncul dari mulut para santri, soalnya kang kukuh ini di kenal mempunyai suara yang sangat halus dan lemah gemulai.
Itulah sedikit gambaran suasana progam baru yang dicetuskan PSDM. Semoga dari pihak PSDM ke depan mampu membuat program-program baru lain yang lebih baik lagi.(El_ch)
Genk Kopi Setan
Asap keluar dari celah-celah jendela dan pintu yang sedikit terbuka di komplek A kamar nomor 6. Hampir setiap hari. Setiap sore, siang, bahkan pagi hari. Bukan karena wingit alias angker. Kebakaran? Mungkin ada benarnya. Kebakaran. Tapi bukan kebakaran besar yang memerlukan tenaga pemadam ebakaran, hanya kebakaran kecil sebesar ujung jari kelingking alias kebakaran rokok.
Dalam kamar itu, beberapa santri sedang menikamati obong-obong congor ditemani dengan segelas besar cairan berwarna hitam pekat kecoklatan yang masih mengeluarkan kepulan uap diatasnya. Bukan es Badeg yang terbuat dari sari tape ketan hitam, bukan juga es Cincau alias Cao (bahasa: Jawa Timur) yang juga berwarna hitam, melainkan kopi. Rasanya?Enak? Coba saja.
Alkisah, Toni yang konon kini sedang cuti, suatu hari tergerak hatinya untuk mencoba barang sesruput dua sruput kopi yang masih terlihat uap membumbung dari gelas yang tergeletak tak berdaya di lantai kamarnya. Sedikit ragu, atau tidak ada keraguan—mungkin bisa ditanyakan sendiri kepada beliau ketika sudah kembali ke pondok—dia meneguk sesruput cairan kental ini. Lidahnya bergetar hebat … . komentarnya?
“Kopi Setan! Kopi kok paite eram-eram… .”
Yah, itulah salah satu komentar cacian terhadap kopi yang malang dan tak bersalah itu. Meskipun bagi para peracik dan penikmatnya, lidah mereka sudah “terlatih” untuk merasakan kopi mana yang enak dan mana yang tidak (menurut versi mereka). Rasa kopi itu adalah rasa yang ideal.
Mungkin karena kisah tadi, santri-santri yang betah berlama-lama di situ, menikmati kopi yang paite eram-eram itu bisa disebut sebagai genk Kopi Setan. Lalu timbul pertanyaan, Racikannya bagaimana, apa saja bahannya? Siapa yang meracik? Kopi dari mana? Apa yang dilakukan mereka?
Setelah dilihat dengan mata telanjang, ternyata kopi itu diracik dari Kopi dengan merk terkenal yang namanya merupakan salah satu alat transportasi laut, meskipun dulu sempat menggunakan kopi dengan merek yang namanya merupakan nama salah satu jari. Tapi itu dulu. Bahahannya selain kopi itu yang dibeli secara urunan alias patungan atau yang lebih dikenal dengan bantingan, juga gula secukupnya. Kira-kira 4 (empat) sendok lebih (munjung) banding 1 (satu) sendok lebih, yang meracik gantian antar “anggota”, biasanya yang lain nggodok air.
Ngopi, mungkin itu satu hal yang “wajib” bagi mereka. Gojlokan, ngerumpi, diskusi, tukar pendapat merupakan sedikit hal yang dilakukan mereka. Biasanya setelah adzan atau qomat setelah dioprak-oprak oleh pak Topek—keamanan yang ehm ehm itu—mereka membubarkan diri, entah itu wudhu lalu ke masjid, jamaah atau bakar rokok lagi trus menikmati BAB di qulah. Juga ada yang ambil handuk untuk mandi (maklum, antrinya sudah tinggal dikit atau bahkan sudah tidak antri) de el el tergantung nafsi nafsi. Wallahu a’lam bisshowaf. –adm-
Dalam kamar itu, beberapa santri sedang menikamati obong-obong congor ditemani dengan segelas besar cairan berwarna hitam pekat kecoklatan yang masih mengeluarkan kepulan uap diatasnya. Bukan es Badeg yang terbuat dari sari tape ketan hitam, bukan juga es Cincau alias Cao (bahasa: Jawa Timur) yang juga berwarna hitam, melainkan kopi. Rasanya?Enak? Coba saja.
Alkisah, Toni yang konon kini sedang cuti, suatu hari tergerak hatinya untuk mencoba barang sesruput dua sruput kopi yang masih terlihat uap membumbung dari gelas yang tergeletak tak berdaya di lantai kamarnya. Sedikit ragu, atau tidak ada keraguan—mungkin bisa ditanyakan sendiri kepada beliau ketika sudah kembali ke pondok—dia meneguk sesruput cairan kental ini. Lidahnya bergetar hebat … . komentarnya?
“Kopi Setan! Kopi kok paite eram-eram… .”
Yah, itulah salah satu komentar cacian terhadap kopi yang malang dan tak bersalah itu. Meskipun bagi para peracik dan penikmatnya, lidah mereka sudah “terlatih” untuk merasakan kopi mana yang enak dan mana yang tidak (menurut versi mereka). Rasa kopi itu adalah rasa yang ideal.
Mungkin karena kisah tadi, santri-santri yang betah berlama-lama di situ, menikmati kopi yang paite eram-eram itu bisa disebut sebagai genk Kopi Setan. Lalu timbul pertanyaan, Racikannya bagaimana, apa saja bahannya? Siapa yang meracik? Kopi dari mana? Apa yang dilakukan mereka?
Setelah dilihat dengan mata telanjang, ternyata kopi itu diracik dari Kopi dengan merk terkenal yang namanya merupakan salah satu alat transportasi laut, meskipun dulu sempat menggunakan kopi dengan merek yang namanya merupakan nama salah satu jari. Tapi itu dulu. Bahahannya selain kopi itu yang dibeli secara urunan alias patungan atau yang lebih dikenal dengan bantingan, juga gula secukupnya. Kira-kira 4 (empat) sendok lebih (munjung) banding 1 (satu) sendok lebih, yang meracik gantian antar “anggota”, biasanya yang lain nggodok air.
Ngopi, mungkin itu satu hal yang “wajib” bagi mereka. Gojlokan, ngerumpi, diskusi, tukar pendapat merupakan sedikit hal yang dilakukan mereka. Biasanya setelah adzan atau qomat setelah dioprak-oprak oleh pak Topek—keamanan yang ehm ehm itu—mereka membubarkan diri, entah itu wudhu lalu ke masjid, jamaah atau bakar rokok lagi trus menikmati BAB di qulah. Juga ada yang ambil handuk untuk mandi (maklum, antrinya sudah tinggal dikit atau bahkan sudah tidak antri) de el el tergantung nafsi nafsi. Wallahu a’lam bisshowaf. –adm-
Raci
Entah kenapa hujan yang tidak semestinya ini tidak juga kunjung berhenti, tidak semestinya. Bukankah seharusnya bulan ini belum memasuki musim hujan? Tapi kenapa hujan begitu lebat, bahkan disertai petir yang bersahut-sahutan memekakkan telinga. Apa mungkin ini akibat dari pemanasan global yang sering diomongkan orang–orang di tv itu? Atau karena alam memang sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya? Ah .... wallahualam bisawab.
Aku hanya duduk termenung dibalik kaca reiben mengamati gejala alam yang tak lumrah ini.
”Bukankah hidupmu juga ngak lumrah?” Bisik hatiku.
Kubiarkan alam pikiranku mejelajah kembali kemasa silam yang telah terlewati. Masih kuingat dengan jelas kala itu hujan juga sangat deras seperti halnya hujan kali ini. Saat itu datang seorang wanita yang tidak lain adalah pacarku, yang dengan bercucuran airmata meminta pertanggung jawabanku atas hubungan kami yng memang sudah melangkah cukup jauh, kami sudah terjebak dalam hubungan tanapa batas norma dan moral sehingga hal-hal yang tidak semestinya kami lakukanpun kami lewati bersama dengan dalih cinta.
Kini dalam rahim wanita itu sudah tertanam benih yang didasari nafsu dan diselimuti dosa kami berdua.
”Mas kamu sesegera mungkin harus menikahi aku! Aku ngak mau perutku semakin membesar sementara kita belum resmi menikah!” pintanya.
”Aku malu mas! Aku nggak tahu bagaimana nanti keluargaku ketika mengetahui hal ini. Tapi bukannya selama ini kita melakukannya selalu pakai pengaman? lantas bagaimana ini bisa terjadi?”
Apakah aku benar-benar harus menikah dikala usiaku masih muda? lantas bagaimana studiku? bagaimana aku memberi makan anak istriku sementara aku sendiri belum becus cari duit? Apakah aku siap membina sebuah keluarga? Aku benar-benar bingung tak tahu harus berbuat apa, hanya menyesal yang bisa kuperbuat. Betapa bodohnya aku, kenapa ini sampai bisa terjadi.
”Sudahlah de’.. mari kita cari jalan keluarnya, tenang-tenang....” kucoba menenangkan perasaannya.
”Bagamana aku bisa tenang! mas..pokoknya kita harus segera menikah!”. nadanya mulai meninggi.
”Menikah itu perkara gampang de’! tapi apa kamu ngak malu nikah dalam keadaan sudah hamil gara-gara kecelakaan? Trus nanti mau ditaruh mana muka orang tua kita? Kalau cuma nikah aja kecil.. Tidakkah kaupikirkan bagaimana nantinya kita hidup, bagaimana membiayai anak kita. Apa mungkin keseharian kita dikirimi terus sama orang tua? Ingat de’ kita ini belum kerja, kuliah saja ngak kelar-kelar bagaimana nanti kalau sudah nikah?” Berbagai alasan kukemukakan untuk menenangkannya.
”Lantas kalau tidak nikah mau apa? Mau dikemanakan bayi ini mas..? Kamu mau aku mengaborsi kandungan ini? nggak nggak...mas.. Aku nggak mau berbuat dosa lagi mas”. Kupegang wajahnya kuhadapkan wajahnya menghadap wajahku
”Dengar de’.. coba kau pikirkan apa yang aku katakan tadi, bagaimana nati kita menjalani hidup?” Kucoba terus untuk meyakinkannya.
”Aku nggak mau tau mas...yang kuinginkan saat ini agar kamu segera menikahiku. Titik!” Dengan penuh emosi kukatakan padanya.
”Apa kamu yakin kalau bayi itu benar-benar anakku?” Aku hilang ingat. Kalut dengan segala tuntutannya.
Plak....! Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di sebelah kiri pipiku, dengan penuh emosi ganti kutampar wajah perempuan yang ada didepanku. Bahkan tidak cuma taparan, dengan membabibuta pukulan demi pukulan kuhujamkan pada wajahnya disertai dengan makian-makian yang tidak seharusnya ditujukan pada seorang perempuan.
Kulihat lebam kebiru-biruan diwajah ayu wanita yang pernah memberikanku kebahagiaan itu. Kasihan juga aku melihatnya, kudekati dia coba kuraih wajahnya yang dibasahi air mata kesedihan dan ketakutan.
”Sory... maafkan aku, aku tidak bermaksud begini”. Berbarengan dengan suara petir yang mengelegar tiba tiba sebuah benda keras menghantam pelipis kananku, seketika itu juga dunia menjadi gelap.
Kudapati tubuhku terbaring diatas lantai, samar-samar kulihat tembikar tempat bunga edelwaise hancur berantakan. Kurasakan perih pada dahiku dan pelan-pelan kuraba, kulihat tanganku belumuran darah. Kucoba untuk bangkit, kuraih kaca spion yang tergeletak di atas meja, kulihat luka menganga di pelipis sebelah kananku. Kuedarkan pandangan mataku ke setiap sudut ruangan, tapi tak kudapati perempuan yang tadi bersamaku kupanggil namanya berulang kali tapi tidak ada jawaban, hanya suara petir dan derasnya air hujan yang bisa ditangkap indera pendengaranku. Kucari dia diluar, disekitar kontrakan tapi tak kutemuka,n seolah-olah hilang lenyap ditelan derasnya hujan.
”Mas..mas...mas Raci..” Sebuah suara membuyarkan lamunanku, kulihat istriku berdiri didekat pintu tengah memanggil-manggil namaku, kulihat ditangannya membawa tatakan yang diatasnya ada segelas kopi panas.
”Kopinya mau ditaruh mana?” Tanya istriku, dengan sedikit isyaratku diletakkannya kopi diatas meja tepat didepanku,
” Kok saya lihat mas tadi ngelamun? Ada apa mas..?”
”Ah tidak..tidak ada apa-apa” Kucoba tetap menyembunyikan masalah ini dari istriku, dan entah kapan rahasia kelam yang mewarnai perjalanan hidupku ini akan kuberitahukan padanya.
”Kalau mas ngantuk mbok ya istirahat, tidur, nanti malah sakit lho..” Sangat kurasakan betapa ia sangat memperhatikan diriku selama ini. Tak berapa lama ia kembali kedalam dan membiarkanku kembali larut dalam lamunan.
De’ dimana kini kau berada? Masihkah kau menghiasi hamparan bumi ini? bagaimana dengan anak kita? Segala usaha telah kulakukan untuk mencari keberadaanmu, tapi hasilnya selalu nihi. Maafkan aku yang telah menyakiti perasaanmu, sehingga kau harus menanggung penderitaan itu sendiri.
Kotagede 29 Februari08
Cerpen ini kami temukan berserak diantara file-file As-Sibaq dengan tanpa menyertakan nama penulis. Mungkin saja penulis punya moto bahwa dia ingin yang dikenal karyanya, bukan penulisnya. Apresiasi tinggi dari kami untuk anda sang penulis!.
Aku hanya duduk termenung dibalik kaca reiben mengamati gejala alam yang tak lumrah ini.
”Bukankah hidupmu juga ngak lumrah?” Bisik hatiku.
Kubiarkan alam pikiranku mejelajah kembali kemasa silam yang telah terlewati. Masih kuingat dengan jelas kala itu hujan juga sangat deras seperti halnya hujan kali ini. Saat itu datang seorang wanita yang tidak lain adalah pacarku, yang dengan bercucuran airmata meminta pertanggung jawabanku atas hubungan kami yng memang sudah melangkah cukup jauh, kami sudah terjebak dalam hubungan tanapa batas norma dan moral sehingga hal-hal yang tidak semestinya kami lakukanpun kami lewati bersama dengan dalih cinta.
Kini dalam rahim wanita itu sudah tertanam benih yang didasari nafsu dan diselimuti dosa kami berdua.
”Mas kamu sesegera mungkin harus menikahi aku! Aku ngak mau perutku semakin membesar sementara kita belum resmi menikah!” pintanya.
”Aku malu mas! Aku nggak tahu bagaimana nanti keluargaku ketika mengetahui hal ini. Tapi bukannya selama ini kita melakukannya selalu pakai pengaman? lantas bagaimana ini bisa terjadi?”
Apakah aku benar-benar harus menikah dikala usiaku masih muda? lantas bagaimana studiku? bagaimana aku memberi makan anak istriku sementara aku sendiri belum becus cari duit? Apakah aku siap membina sebuah keluarga? Aku benar-benar bingung tak tahu harus berbuat apa, hanya menyesal yang bisa kuperbuat. Betapa bodohnya aku, kenapa ini sampai bisa terjadi.
”Sudahlah de’.. mari kita cari jalan keluarnya, tenang-tenang....” kucoba menenangkan perasaannya.
”Bagamana aku bisa tenang! mas..pokoknya kita harus segera menikah!”. nadanya mulai meninggi.
”Menikah itu perkara gampang de’! tapi apa kamu ngak malu nikah dalam keadaan sudah hamil gara-gara kecelakaan? Trus nanti mau ditaruh mana muka orang tua kita? Kalau cuma nikah aja kecil.. Tidakkah kaupikirkan bagaimana nantinya kita hidup, bagaimana membiayai anak kita. Apa mungkin keseharian kita dikirimi terus sama orang tua? Ingat de’ kita ini belum kerja, kuliah saja ngak kelar-kelar bagaimana nanti kalau sudah nikah?” Berbagai alasan kukemukakan untuk menenangkannya.
”Lantas kalau tidak nikah mau apa? Mau dikemanakan bayi ini mas..? Kamu mau aku mengaborsi kandungan ini? nggak nggak...mas.. Aku nggak mau berbuat dosa lagi mas”. Kupegang wajahnya kuhadapkan wajahnya menghadap wajahku
”Dengar de’.. coba kau pikirkan apa yang aku katakan tadi, bagaimana nati kita menjalani hidup?” Kucoba terus untuk meyakinkannya.
”Aku nggak mau tau mas...yang kuinginkan saat ini agar kamu segera menikahiku. Titik!” Dengan penuh emosi kukatakan padanya.
”Apa kamu yakin kalau bayi itu benar-benar anakku?” Aku hilang ingat. Kalut dengan segala tuntutannya.
Plak....! Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di sebelah kiri pipiku, dengan penuh emosi ganti kutampar wajah perempuan yang ada didepanku. Bahkan tidak cuma taparan, dengan membabibuta pukulan demi pukulan kuhujamkan pada wajahnya disertai dengan makian-makian yang tidak seharusnya ditujukan pada seorang perempuan.
Kulihat lebam kebiru-biruan diwajah ayu wanita yang pernah memberikanku kebahagiaan itu. Kasihan juga aku melihatnya, kudekati dia coba kuraih wajahnya yang dibasahi air mata kesedihan dan ketakutan.
”Sory... maafkan aku, aku tidak bermaksud begini”. Berbarengan dengan suara petir yang mengelegar tiba tiba sebuah benda keras menghantam pelipis kananku, seketika itu juga dunia menjadi gelap.
Kudapati tubuhku terbaring diatas lantai, samar-samar kulihat tembikar tempat bunga edelwaise hancur berantakan. Kurasakan perih pada dahiku dan pelan-pelan kuraba, kulihat tanganku belumuran darah. Kucoba untuk bangkit, kuraih kaca spion yang tergeletak di atas meja, kulihat luka menganga di pelipis sebelah kananku. Kuedarkan pandangan mataku ke setiap sudut ruangan, tapi tak kudapati perempuan yang tadi bersamaku kupanggil namanya berulang kali tapi tidak ada jawaban, hanya suara petir dan derasnya air hujan yang bisa ditangkap indera pendengaranku. Kucari dia diluar, disekitar kontrakan tapi tak kutemuka,n seolah-olah hilang lenyap ditelan derasnya hujan.
”Mas..mas...mas Raci..” Sebuah suara membuyarkan lamunanku, kulihat istriku berdiri didekat pintu tengah memanggil-manggil namaku, kulihat ditangannya membawa tatakan yang diatasnya ada segelas kopi panas.
”Kopinya mau ditaruh mana?” Tanya istriku, dengan sedikit isyaratku diletakkannya kopi diatas meja tepat didepanku,
” Kok saya lihat mas tadi ngelamun? Ada apa mas..?”
”Ah tidak..tidak ada apa-apa” Kucoba tetap menyembunyikan masalah ini dari istriku, dan entah kapan rahasia kelam yang mewarnai perjalanan hidupku ini akan kuberitahukan padanya.
”Kalau mas ngantuk mbok ya istirahat, tidur, nanti malah sakit lho..” Sangat kurasakan betapa ia sangat memperhatikan diriku selama ini. Tak berapa lama ia kembali kedalam dan membiarkanku kembali larut dalam lamunan.
De’ dimana kini kau berada? Masihkah kau menghiasi hamparan bumi ini? bagaimana dengan anak kita? Segala usaha telah kulakukan untuk mencari keberadaanmu, tapi hasilnya selalu nihi. Maafkan aku yang telah menyakiti perasaanmu, sehingga kau harus menanggung penderitaan itu sendiri.
Kotagede 29 Februari08
Cerpen ini kami temukan berserak diantara file-file As-Sibaq dengan tanpa menyertakan nama penulis. Mungkin saja penulis punya moto bahwa dia ingin yang dikenal karyanya, bukan penulisnya. Apresiasi tinggi dari kami untuk anda sang penulis!.
Personality Picu Kesuksesan
IDENTITAS BUKU
Judul : Belajar Kepribadian
Penulis : James Julian M. dan John Alfred
Penerjemah : Tom Wahyu
Penerbit : Pustaka Baca!
Cetakan : I, Maret 2008
Tebal : iv+310
Kesuksesan merupakan sebuah kata yang diidam-idamkan setiap orang. Hanya saja tidak semua orang memperoleh kesuksesan. Ada orang yang telah menata jalan hidupnya dengan rapi, namun kenyataannya dalam perjalanan menyimpang dengan apa yang telah ditatanya.
Berbagai macam jenis orang dapat menjadi sukses. Orang gemuk-kurus, laki-laki-perempuan, kaya-miskin, pejabat-rakyat, semua berpotensi menjadi orang yang sukses. Namun demikian yang menjadi persamaan utama atau kunci kesuksesan yang mendasar adalah kepribadian.
Kepribadian, alias personality, macam apakah yang dimiliki para eksekutif sukses ini? Kepribadian macam apakah yang tidak dimiliki umumnya orang-orang biasa? Tidak gampang menjawab pertanyaan itu karena kepribadian terdiri atas satu kualitas tertentu atau sekumpulan kualitas. Kepribadian itu terbentuk dari campuran atau perasaan dari keseluruhan kualitas. (Hlm.1).
Pembagian kepribadian dibagi menjadi dua bagian. Diantaranya adalah fixed personality atau kepribadian yang tegas sehingga tidak mudah diubah orang lain dan flexible personality. Flexible personality adalah kepribadian yang lebih adaptif atau dengan bahasa lain kepribadian yang luwes.
Yang pasti kedua bagian tersebut tidak dapat klaimkan kepada satu orang atau golongan. Bisa saja orang gemuk mempunyai fixed personality. Namun ada juga orang yang sama-sama gemuk namun mempunyai kepribadian berbeda atau flexible personality. Singkat kata, semua orang, bagaimana pun keadaannya, mereka mempunyai potensi yang beragam pula.
Sehingga dari sini titik keberhasilan seseorang bukanlah pada ketampanan, kecantikan, kepemilikan harta, jabatan dan lain sebagainya. Sebagai contoh, seorang yang melakukan pidato pasti tidak dinilai baik-buruknya wajah, namun apa yang diucapkan adalah power terhadap dirinya. Dan hal ini tidak luput dari kepribadian seseorang.
Nah, buku ”Belajar Kepribadian”, yang meliputi; berfikir, bersikap, berbicara, bertindak, dan berkarakter akan menghantarkan pembaca untuk lebih mengenal dan menggunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Akhirnya kesuksesan akan terwujud. Walohu a’lam
(A. Pras, Peserta Book Club Radar Joga)
Judul : Belajar Kepribadian
Penulis : James Julian M. dan John Alfred
Penerjemah : Tom Wahyu
Penerbit : Pustaka Baca!
Cetakan : I, Maret 2008
Tebal : iv+310
Kesuksesan merupakan sebuah kata yang diidam-idamkan setiap orang. Hanya saja tidak semua orang memperoleh kesuksesan. Ada orang yang telah menata jalan hidupnya dengan rapi, namun kenyataannya dalam perjalanan menyimpang dengan apa yang telah ditatanya.
Berbagai macam jenis orang dapat menjadi sukses. Orang gemuk-kurus, laki-laki-perempuan, kaya-miskin, pejabat-rakyat, semua berpotensi menjadi orang yang sukses. Namun demikian yang menjadi persamaan utama atau kunci kesuksesan yang mendasar adalah kepribadian.
Kepribadian, alias personality, macam apakah yang dimiliki para eksekutif sukses ini? Kepribadian macam apakah yang tidak dimiliki umumnya orang-orang biasa? Tidak gampang menjawab pertanyaan itu karena kepribadian terdiri atas satu kualitas tertentu atau sekumpulan kualitas. Kepribadian itu terbentuk dari campuran atau perasaan dari keseluruhan kualitas. (Hlm.1).
Pembagian kepribadian dibagi menjadi dua bagian. Diantaranya adalah fixed personality atau kepribadian yang tegas sehingga tidak mudah diubah orang lain dan flexible personality. Flexible personality adalah kepribadian yang lebih adaptif atau dengan bahasa lain kepribadian yang luwes.
Yang pasti kedua bagian tersebut tidak dapat klaimkan kepada satu orang atau golongan. Bisa saja orang gemuk mempunyai fixed personality. Namun ada juga orang yang sama-sama gemuk namun mempunyai kepribadian berbeda atau flexible personality. Singkat kata, semua orang, bagaimana pun keadaannya, mereka mempunyai potensi yang beragam pula.
Sehingga dari sini titik keberhasilan seseorang bukanlah pada ketampanan, kecantikan, kepemilikan harta, jabatan dan lain sebagainya. Sebagai contoh, seorang yang melakukan pidato pasti tidak dinilai baik-buruknya wajah, namun apa yang diucapkan adalah power terhadap dirinya. Dan hal ini tidak luput dari kepribadian seseorang.
Nah, buku ”Belajar Kepribadian”, yang meliputi; berfikir, bersikap, berbicara, bertindak, dan berkarakter akan menghantarkan pembaca untuk lebih mengenal dan menggunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Akhirnya kesuksesan akan terwujud. Walohu a’lam
(A. Pras, Peserta Book Club Radar Joga)
Renungan
RENUNGAN…………….!!!
Saya belajar untuk sadar bahwa saya tidak bisa memaksa orang lain mencintai saya, saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai.
Saya belajar untuk sadar bahwa butuh waktu tahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya.
Saya belajar untuk sadar bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu terbaik.
Saya belajar untuk sadar bahwa orang yang saya kira adalah orang jahat adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali serta orang yang begitu perhatian terhadap saya.
Saya belajar untuk sadar bahwa persahabatan sejati akan senantiasa tumbuh walau dipisahkan oleh jarak yang jauh, beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati.
Saya belajar untuk sadar bahwa seseorang tidak memberikan perhatian seperti yang saya inginkan bukan berarti dia tidak mencintai saya.
Saya belajar untuk sadar bahwa sebaik-baiknya pasangan itu, mereka pasti pernah melukai perasaan saya dan untuk itu saya harus memaafkannya.
Saya belajar untuk sadar bahwa saya harus mengampuni diri sendiri dan orang lain kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus.
Saya belajar untuk sadar bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tetapi saya harus bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan.
Saya belajar untuk sadar bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi terkadang dari sudut pandang yang berbeda.
Saya belajar untuk sadar bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting siapa saya ini sebenarnya.
Saya belajar untuk sadar bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini semua butuh proses dan pertumbuhan kecuali kalau saya ingin sakit hati.
Saya belajar untuk sadar bahwa saya harus memilih, apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai saya.
Saya belajar untuk sadar bahwa saya punya hak untuk marah, tapi bukan berarti saya harus harus benci dan berlaku bengis.
Saya belajar untuk sadar bahwa kata-kata manis tampa tindakan adalah saat perpisahan dengan orang yang saya cintai.
Saya belajar untuk sadar bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering diambil segera dari kehidupan saya.
(red: angve)
Saya belajar untuk sadar bahwa saya tidak bisa memaksa orang lain mencintai saya, saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai.
Saya belajar untuk sadar bahwa butuh waktu tahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya.
Saya belajar untuk sadar bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu terbaik.
Saya belajar untuk sadar bahwa orang yang saya kira adalah orang jahat adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali serta orang yang begitu perhatian terhadap saya.
Saya belajar untuk sadar bahwa persahabatan sejati akan senantiasa tumbuh walau dipisahkan oleh jarak yang jauh, beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati.
Saya belajar untuk sadar bahwa seseorang tidak memberikan perhatian seperti yang saya inginkan bukan berarti dia tidak mencintai saya.
Saya belajar untuk sadar bahwa sebaik-baiknya pasangan itu, mereka pasti pernah melukai perasaan saya dan untuk itu saya harus memaafkannya.
Saya belajar untuk sadar bahwa saya harus mengampuni diri sendiri dan orang lain kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus.
Saya belajar untuk sadar bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tetapi saya harus bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan.
Saya belajar untuk sadar bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi terkadang dari sudut pandang yang berbeda.
Saya belajar untuk sadar bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting siapa saya ini sebenarnya.
Saya belajar untuk sadar bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini semua butuh proses dan pertumbuhan kecuali kalau saya ingin sakit hati.
Saya belajar untuk sadar bahwa saya harus memilih, apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai saya.
Saya belajar untuk sadar bahwa saya punya hak untuk marah, tapi bukan berarti saya harus harus benci dan berlaku bengis.
Saya belajar untuk sadar bahwa kata-kata manis tampa tindakan adalah saat perpisahan dengan orang yang saya cintai.
Saya belajar untuk sadar bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering diambil segera dari kehidupan saya.
(red: angve)
Langganan:
Postingan (Atom)