Have an account?

Selasa, 27 Januari 2009

The Legend of Petai

Fatchul Anam N(06/TP/196913/08743)
Petai merupakan salah satu makanan legendaris. Bagaimana tidak. Sejak dulu hingga sekarang petai masih menempati rating kedua setelah rokok sebagai makanan yang menyebabkan bau mulut. Makanan dengan bad odour ini(menurut kalangan umum dengan indera pencium yang normal) banyak kita temukan sebagai bahan tambahan pangan pada masakan berkuah. Tidak diketahui secara pasti,mengapa petai yang berpredikat bad odour ini diikut sertakan dalam masakan sebagai komponen yang berkontribusi dalam menciptakan flavour khas. Kelegendarisan petai telah dikenal dan digandrungi oleh konsumen dari berbagai macam lapisan masyarakat, status social, profesi, kasta, dan usia. Mulai dari pemulung, tukang becak, tukang kebun, buruh tani, tukang ojek, pak RT, pak kadus, pak lurah, pak camat, pak bupati, pak gubernur,pegawai bank, direktur, manager, pegawai BUMN, tentara, polisi, menteri, dan (mungkin ) presiden telah merasakan betapa sensasionalnya ketika sel-sel petai pecah dan mengeluarkan zat volatilnya di dalam mulut.
Menurut petaiholic(sapaan khas penggemar petai), kelegendarisan petai disebabkan karena beberapa hal. Pertama, ketika di dalam mulut, buah petai yang pecah oleh himpitan geraham mengeluarkan senyawa flavour yang mampu membius syaraf pusat. Orang yang mengonsumsinya akan kecanduan dan sulit untuk melepaskan diri dari jeratan petai. Kedua, petai mengandung zat antistres. Dengan nyeplus petai, konsumen akan segera melupakan segala beban hidupnya. Stress yang selama ini menjadi momok pun dapat teratasi. Ketiga, menambah nafsu makan. Bagi petaiholic, obat mujarab untuk menambah nafsu makan adalah petai. Lebih-lebih bila petai yang diceplus mengalami proses termal (dibakar) terlebih dahulu. Bisa-bisa nasi satu wakul raib dalam hitungan sekon. Keempat, (alasan yang konyol)beberapa petaiholic sengaja makan petai untuk mengacaukan alat indera pembau orang-orang di sekitarnya. Dengan nyeplus petai, bau mulut dan urine yang dikeluarkan sungguh merupakan polutan nomor wahid.
Dengan berbagai faktor-faktor di atas, buakn tidak mungkin bagi petaiholic untuk terinspirasi menyebarkan paham petaiisme mereka. Penyebaran paham ini, bisa dilakukan dengan melakukan diversifikasi pangan berbasis petai. Tidak perlu terkejut bila beberapa waktu lagi muncul produk baru berupa sirup petai, selai petai, sate petai, mie petai, dan permen petai.
Saat ini, memang anggota paham ini didominasi rakyat lapisan bawah. Namun, bukan tidak mungkin bila dominasi ini merangkak naik ke kalangan atas, kalangan borjuis, kalangan elit. Bila kalangan ini telah mendominasi maka bukan tidak mungkin bila dakwah cap petai semakin gencar dan berimbas pada polusi udara yang semakin kritis. Oleh karena itu, segala dampak yang mungkin muncul harus segera dapat dirumuskan dan dicarikan solusinya.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, pengkonsumsian petai hendaknya mendapat perhatian pemerintah. Tidak ada salahnya apabila pemerintah segera membentuk pansus(panitia khusus) untuk merumuskan peratutan pemerintah yang nantinya disahkan dan diberlkaukan di masyarakat. Langkah ini perlu dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan petai. Beberapa hal yang perlu dicantumkan dalam aturan itu, yang pertama adalah bahwa petaiholic harus membuat kamar mandi dan atau kamar kecil yang terisolasi dari keramaian umum. Tentunya tidak bisa dibayangkan, berapa galon Wipol yang diperlukan untuk menetralkan kamar mandi atau kamar kecil dari bau urine cap petai. Peraturan selanjutnya yang perlu dicantumkan, petaiholic harus memakai masker selama satu jam, terhitung mulai dari habisnya petai yang dikonsumsi .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar